BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan
mutu merupakan fokus pembangunan di bidang pendidikan di Indonesia. Salah satu
caranya adalah dengan memanfaatkan hasil – hasil penelitian di bidang
pendidikan. Sayangnya hasil-hasil penelitian pendidikan itu belum berdampak
langsung terhadap peningkatan mutu pendidikan dan mutu pembelajaran di kelas.
Hal itu dikarenakan oleh dua sebab utama, yaitu:
1. Pelaku penelitian berasal dari pihak luar dan guru kurang
dilibatkan dalam penelitian tersebut.
2.
Penyebaran dari hasil - hasil penelitian itu memakan waktu yang cukup lama.
Semakin
mantabnya psikologi kognitif dengan azas konstruktivis dan dengan diterapkannya
Kurikulum 2006 (KTSP), telah memberikan kemandirian kepada sekolah dan guru
dalam memilih strategi, pendekatan, metode pembelajaran dan dalam melakukan
berbagai inovasi dalam pembelajaran di kelas
Dalam
melaksanakan tugas mengajar di kelas, hampir semua guru selalu menghadapi
masalah yang perlu segera diatasi. Masalah tersebut bisa timbul dari diri
siswa, sarana dan prasarana, pemilihan strategi, pendekatan dan metode
pembelajaran, materi pelajaran maupun lingkungan. Namun banyak guru yang tidak
tahu bagaimana cara mengatasinya, bahkan tidak sedikit pula yang tidak tahu
atau tidak menyadari jika ada masalah.
Penilaian
angka kredit jabatan guru menuntut nilai pengembangan profesi, termasuk salah
satunya adalah penulisan karya tulis ilmiah dalam bentuk laporan hasil
penelitian di bidang pendidikan. Sementara itu tugas pokok guru mengajar sudah
cukup banyak. Belum lagi umumnya para guru di sekolah masih diberikan tugas
tambahan di samping tugas pokok mengajar di kelas. Tugas tambahan itu misalnya,
sebagai wakil kepala sekolah, pembina OSIS, bendahara, wali kelas dan lain –
lain. Sehingga sangat sulit bagi guru untuk melakukan penelitian formal di
bidang pendidikan kemudian menuliskannya dalam bentuk karya tulis ilmiah. Maka
sangat wajar bila disinyalir banyak guru yang kenaikan pangkatnya dari IV/a ke
IV/b terhambat oleh ketentuan harus adanya nilai pengembangan profesi. Terlebih lagi sejak tahun 2013, untuk naik dari
golongan III/a ke III/b dan seterusnya sudah dipersyaratkan bagi guru harus
melakukan Pengembangan Profesian Berkelanjutan (PKB) dalam bentuk kegiatan
Pengembangan Diri, Publikasi Ilmiah dan/ atau Karya Inovatif dengan jumlah
angka kredit yang bervariasi disesuaikan dengan golongannya.
Memperhatikan
beberapa kenyataan di atas, kiranya para guru perlu dibekali pengetahuan dan
keterampilan tentang jenis penelitian yang praktis, mudah dilakukan, tanpa
harus mengganggu tugas pokoknya, yakni mengajar di kelas. Ingat Guru adalah
agen utama dalam upaya perbaikan pembelajaran di kelas dan peningkatan mutu
pendidikan. Bentuk penelitian yang memenuhi tuntutan seperti itu salah satunya
adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Class
Room Actions Reaserch.
B. Tujuan
Setelah membaca bahan
ajar ini dan menerima penjelasan
dari fasilitator, serta melalui diskusi, diharapkan peserta diklat dapat:
1.
Menjelaskan tentang hakekat
penelitian di bidang pendidikan, 2. Menjelaskan tentang hakekat penelitian tindakan kelas,
3. Menjelaskan tentang metodologi atau prosedur PTK,
4. Membuat proposal PTK
5. Melakukan PTK secara mandiri atau berkolaborasi dengan pihak lain.
6. Menuliskan laporan hasil PTK.
C.
Manfaat
Bahan ajar ini diharapkan dapat
dimanfaatkan bagi peserta diklat sebagai bahan tambahan informasi dan referensi
tentang berbagai hal terkait dengan Penelitian di Bidang Pendidikan dan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
D. Ruang Lingkup Materi
Dalam Bahan Ajar ini akan diuraikan serba singkat tentang: hakekat penelitian di bidang
pendidikan, hakekat Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Prosedur
Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Proposal Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) dan Penulisan Laporan Hasil Penelitian
Tindakan Kelas (PTK)..
BAB II
HAKEKAT
PENELITIAN DI BIDANG PENDIDIKAN
A.
Pengertian Penelitian di Bidang Pendidikan
Yang
dimaksud dengan penelitian di bidang pendidikan adalah upaya mencari
fakta-fakta yang muncul di bidang pendidikan formal, nonformal maupun informal
yang dilakukan dengan langkah-langkah tertentu dan bersifat ilmiah, sistematis
serta logis sehingga dapat ditemukan jawaban-jawaban atas permasalahan yang
muncul. Sedangkan yang dimaksud dengan Ilmiah adalah memenuhi syarat (kaidah)
ilmu pengetahuan, yakni: berdasarkan pada fakta empiris yang diperoleh melalui
penelitian secara hati-hati dan objektif (Sugiyono,2010)..
B. Tujuan Penelitian di Bidang Pendidikan
Sugiyono
(2010), mengemukakan bahwa penelitian di bidang pendidikan itu memiliki tujan
antara lain:
- Untuk menemukan pengetahuan, konsep dan teori baru di bidang pendidikan,
- Untuk memperbaiki atau mengembangkan teori lama di bidang pendidikan
- Untuk memperkokoh atau menguatkan teori yang sudah ada di bidang pendidikan
C. Macam – Macam Penelitian di Bidang
Pendidikan
Sebagaimana
penelitian pada umumnya, terdapat berbagai macam penelitian, tergantung dari
sisi mana memandangnya. Bila di pandang dari sisi kegunaannya. penelitian di
bidang pendidikan dapat dibedakan menjadi 5 macam, yaitu::
- Penelitian dasar/penelitian murni (foundamental research), yaitu penelitian yang tujuan utamanya untuk menemukan pengetahuan, generalisasi dan teori baru dalam bidang pendidikan.
- Penelitian terapan (applied research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan menerapkan teori-teori yang ada dengan tujuan untuk memperbaiki proses dan hasil pendidikan.
- Penelitian tindakan (action research), yaitu penelitian yang dilakukan untuk mencari suatu dasar pengetahuan praktis untuk memperbaiki keadaan/situasi yang dilakukan secara terbatas dan umumnya dilakukan pada situasi yang sedang berlangsung.
- Penelitian evaluasi (evaluation research), yaitu penelitian untuk menilai suatu proses kegiatan yang sedang berjalan guna mencari umpan balik dalam rangka memperbaiki sistem pendidikan.
- Penelitian asesmen (assesment research), yaitu penelitian untuk menentukan perubahan berdasarkan perlakuan tertentu (Sugiyono, 2010).
C. Manfaat Penelitian di Bidang
Pendidikan
Menurut
Prayitno (2009), bahwa penelitian di bidang pendidikan antara lain bermanfaat
untuk:
- Dijadikan sarana atau pertimbangan dalam menyusun kebijakan dan strategi dalam pengembangan pendidikan.
- Dijadikan sarana diskusi dalam mencari penyebab kegagalan dan mencari solusi pemecahannya.
- Untuk melukiskan sumber daya yang ada, hambatan yang ditemukan maupun kemungkinan pengembangan yang harus dilakukan dalam pengembangan pendidikan.
- Untuk melukiskan tentang kemampuan pembiayaan, peralatan, perbekalan
dan tenaga yang ada, baik dari segi jumlah (kuantitas) maupun segi mutu
(kualitas)
BAB III
HAKEKAT
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) merupakan terjemahan dari classroom action research, yaitu action research yang dilakukan di dalam kelas. Sedangkan pengertian
action recearch, McNiff, J. (dalam
LAN, 2007), mengemukakan sebagai berikut:
Action recearch is a from of self reflective inquiry
under taken by participants (teacher, students or principals, for example) in
social (including educational) situation in order to improve the rationality
and justice of (a) their own social or educational practices, (b) their
understanding of these practice and the situations (and institutions) in which
practices are carried out
Maksud dari pernyataan tersebut
penelitian tindakan adalah sebuah penyelidikan yang berasal dari hasil kegiatan
melakukan refleksi diri yang diambil (dilakukan) oleh peserta yang terlibat
dalam situasi yang diteliti (misalnya, guru, siswa atau kepala sekolah) di
bidang sosial (termasuk di bidang pendidikan)i dalam rangka meningkatkan
rasionalitas dan keadilan dari (a) praktek yang mereka lakukan sendiri baik di
bidang sosial atau di bidang pendidikan, (b) pemahaman mereka dari praktek dan
situasi (dan lembaga) di mana praktek itu dilakukan.
Dari uraian
di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) adalah suatu jenis penelitian dengan mengambil setting kelas, yang
bersifat praktis, refleksif dan siklis, yang dilakukan oleh pelaku tindakan
dengan tujuan untuk meningkatkan atau memperbaiki proses dan hasil pembelajaran
di kelas tersebut.
B. Alasan Pentingnya PTK Bagi Para
Guru
PTK ini
sangat penting untuk dipahami dan dilakukan oleh para guru, dikarenakan
beberapa alasan sebagai berikut:
- PTK menawarkan cara baru untuk melakukan inovasi-inovasi dan perbaikan-perbaikan pembelajaran agar menjadi lebih efektif serta untuk meningkatkan profesionalisme guru.
- PTK membuat guru dapat meneliti dan mengkaji kegiatan pembelajarannya sehari-hari di kelas, sehingga segala permasalahan pembelajaran di kelas dapat segera diatasi sendiri.
- PTK dapat dilakukan guru secara terintegrasi dengan tetap melaksanakan tugas mengajar di kelas, tanpa harus meninggalkan tugasnya.
- PTK mampu menjembatani kesenjangan antara teori dengan praktik di lapangan (Depdiknas, 1999).
C. Karakteristik PTK
Sebagai
suatu jenis penelitian, PTK ini memiliki karakteristik (ciri khusus)
dibandingkan dengan jenis dan bentuk penelitian lainnnya. Karakteristik PTK
tersebut antara lain:
- Situasional, artinya berkait langsung dengan masalah kopngkrit yang dihadapi guru di kelas atau di sekolah.
- Kontekstual, artinya sebagai upaya pemecahan masalah untuk peningkatan mutu pendidikan., prestasi siswa, profesi guru dan mutu sekolah dengan cara merefleksi diri.
- Bersifat kolaboratif dan partisipatif, artinya sebagai suatu kegiatan modifikasi praktis dan kontinu untuk memperbaiki praktik pembelajaran
- Bersifat evaluatif dan reflektif (self-evaluatif), fleksibel (luwes) dan adaptif (menyesuaikan), sehingga memungkinkan ada perubahan selama pelaksanaan tindakan
- Memanfaatkan data pengamatan dan perilaku empirik, yaitu dengan menelaah ada tidaknya kemajuan, sementara penelitian dan proses pembelajaran terus berjalan.
- Sifat dan sasaran PTK adalah situasional-spesifik, tujuannya untuk memecahkan masalah praktis secara langsung di sini (kelas) dan sekarang. (Depdiknas, 1999).
D. Prinsip -
Prinsip PTK
Disamping memiliki
karakteristik sebagaimana disebutkan di atas,
PTK juga memiliki beberapa prinsip sebagai berikut:
- Pelaksanaan PTK tidak boleh mengganggu atau menghambat proses pembelajaran di kelas.
- Metodologi yang digunakan harus reliabel
- Permasalahan yang dipilih untuk diteliti, harus menarik, nyata, tidak menyulitkan, dapat dipecahkan, dalam jangkauan peneliti untuk melakukan perubahan dan peneliti terpanggil untuk meningkatkan diri.
- Pengumpulan data tidak mengganggu tugas guru, atau tidak menyita waktu terlalu banyak.
- Harus memperhatikan etika, tata krama dan rambu-rambu penelitian yang berlaku umum.
- Kegiatan penelitian itu hendaknya berkelanjutan (on-going), karena cakupan peningkatan dan pengembangan sepanjang waktu menjadi tantangan.
- Meskipun kelas atau mata pelajaran merupakan tanggung jawab seorang guru, namun dalam pelaksanaan PTK sejauh mungkin harus digunakan classroom-exceeding perspective (Depdiknas, 1999).
E. Tujuan PTK
Tujuan
dilakukannya PTK adalah untuk salah satu atau lebih dari hal – hal berikut ini:
- Meningkatkan dan/ atau memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas/ sekolah secara berkesinambungan.
- Meningkatkan relevansi/ kesesuaian antara unsur - unsur yang terdapat dalam pembelajaran.
- Meningkatkan kemampuan, keterampilan dan pofesionalisme guru dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang timbul dalam pembelajaran dengan melakukan inovasi - inovasi praktik pembelajaran.
- Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran
- Menumbuhkembangkan budaya meneliti di kalangan guru (Depdiknas, 1999).
F. Manfaat PTK
Dilihat dari segi akademik, manfaat dari PTK adalah untuk membantu para guru untuk
menghasilkan pengetahuan yang sahih (valid) dan relevan bagi kelas mereka untuk
memperbaiki pembelajaran mereka dalam jangka pendek. Dengan demikian para guru
tidak lagi dianggap sebagai penerima pembaharuan yang sudah tuntas dikembangkan
di atas, tetapi mereka justru diharapkan ikut mengembangkan sendiri
pengetahuannya dalam proses pembelajaran. (Depdiknas, 1999).
Sedangkan manfaat PTK dari segi praktis, antara lain bahwa PTK dapat
dimanfaatkan sebagai wahana bagi para guru untuk:
1. melaksanakan inovasi-inovasi pembelajaran yang
tumbuh dari bawah
2. mengembangkan
kurikulum di tingkat kelas/ sekolah
3. mengembangkan profesionalisme guru, melalui proses latihan secara
sistematik dan berkelanjutan (Depdiknas, 1999).
G. Perbedaan Antara PTK dengan Penelitian Non
PTK dan Penelitian Formal
Terdapat beberapa perbedaan antara PTK dengan penelitian formal (non PTK)
dan antara PTK dengan Penelitian Formal. Perbedaan – perbedaan tersebut dapat
dilihat pada tabel 1 dan 2 berikut ini.
Tabel 1: Perbedaan antara
PTK dengan Penelitian Kelas (non PTK)
No
|
Aspek
|
Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
|
Penelitian Kelas (Non PTK)
|
1.
|
Peneliti
|
Dilakukan oleh Guru
secara mandiri atau berkolaborasi dengan pihak lain
|
Dilakukan Orang luar
|
2.
|
Rencana Penelitian
|
Dibuat oleh oleh Guru
secara mandiri atau berkolaborasi dengan pihak lain
|
Dibuat oleh Peneliti
|
3.
|
Munculnya masalah
|
Berasal dari guru,
mungkin dengan dorongan orang lain
|
Dirasakan oleh orang
luar
|
4.
|
Ciri utama
|
Ada tindakan perbaikan
yang bersiklus (berulang)
|
Belum tentu ada
tindakan perbaikan
|
5.
|
Peran guru
|
Sebagai guru dan
sekaligus peneliti
|
Sebagai guru dan
subjek penelitian
|
6.
|
Proses pengumpulan
data
|
Dilakukan guru sendiri
dengan/ tapa dibantu orang lain
|
Dilakukan oleh
Peneliti
|
7.
|
Hasil penelitian
|
Langsung dimanfaatkan
oleh guru dan dirasakan oleh siswa/ kelas
|
Menjadi milik peneliti
dan belum tentu dirasakan oleh siswa/ kelas
|
(Diadaptasi
dari LAN, 2007)
Tabel
2: Perbedaan Karakteristik antara PTK
dengan Penelitian Formal (non PTK)
No
|
Dimensi
|
Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
|
Penelitian Kelas(Non PTK)
|
1.
|
Motivasi
|
Tindakan
|
Kebenaran
|
2.
|
Sumber Masalah
|
Diagnostik status
|
Induktif - deduktif
|
3.
|
Tujuan
|
Memperbaiki praktik
seka-rang dan di sini
|
Verifikasi dan menemukan
pengetahuan yang dapat didefinisikan
|
4.
|
Peneliti yang terlibat
|
Pelaku dari dalam
(guru secara mandiri atau berkolaborasi dengan pihak lain)
|
Orang luar yang
berminat
|
5.
|
Sampel
|
Kasus khusus
|
Sampel yang
representatif
|
6.
|
Metodologi
|
Longgar, tetapi
berusaha objektif, jujur dan tidak memihak
|
Baku dengan
objektivitas dan dengan ketidakme-mihakan yang terintegrasi
|
7.
|
Penalaran hasil
penelitian
|
Untuk memahami praktik
melalui refleksi oleh praktisi yang membangun
|
Mendeskripsikan,mengabs-traksikan,
penyimpulan dan pembentukan teori oleh ilmuwan
|
8
|
Hasil Akhir
|
Siswa belajar lebih
baik
|
Pengetahuan, prosedur
atau materi yang teruji
|
(Diadaptasi
dari LAN, 2007)
BAB IV
PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN
KELAS
Secara garis besar prosedur atau langkah-langkah PTK mencakup empat tahap
yang merupakan satu siklus atau daur, sehingga akan kembali berulang. Keempat
tahap itu adalah: perencanaan (planing),
pelaksanaan tindakan (acting),
pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting). Siklus dari keempat tahap
dari langkah – langkah PTK tersebut dapat digambarkan seperti pada gambar 1
berikut ini.
|
Dari empat langkah pokok PTK tersebut bila digabungkan dengan kegiatan
atau langkah – langkah yang harus dilakukan dari sejak guru merasakan adanya
masalah, maka dapat dikembangkan menjadi 6 langkah sebagai berikut: a.
Pengembangan fokus masalah penelitian,
b. Perencanaan tindakan perbaikan, c. Pelaksanaan tindakan
perbaikan, d. Observasi, interpretasi
dan diskusi balikan, e. Analisis dan refleksi dan f. Perencanaan tindak lanjut
(Depdiknas, 1999).
Masing –
masing tahapan PTK tersebut dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut:
A. Penetapan Fokus Masalah
Penelitian
Tahap
pertama dalam perencanaan PTK adalah penetapan fokus masalah yang akan
diteliti. Bahkan kualitas suatu penelitian dapat ditentukan oleh kualitas
masalah yang diteliti (LAN, 2007). Beberapa langkah yang perlu dilalui untuk
dapat menemukan masalah dalam PTK adalah: 1. Merasakan adanya masalah dan
mengidentifikasi masalah, 2. Menganalisis dan merumuskan masalah.
1.
Merasakan Adanya Masalah
dan Mengidentifikasi Masalah
Tidak semua masalah yang terjadi di kelas dapat diselesaikan melalui PTK.
Oleh karenanya perlu diketahui syarat – syarat suatu masalah dapat diselesaikan
melalui PTK, yaitu masalah tersebut haruslah:
a. riil and on the job problem oriented, artinya masalah itu harus
benar – benar ada sebagai masalah dan di bawah kewenangan guru untuk
memecahkannya. Selain itu masalah tersebut datang dari apa yang diamati dan
dirasakan oleh guru sendiri, bukan dari hasil pengamatan orang lain.
b. problematik, artinya masalah itu
benar – benar perlu dan penting untuk diselesaikan.
c. memberi manfaat yang jelas,
artinya masalah tersebut harus benar – benar akan memberikan manfaat yang jelas
atau nyata bagi siswa, guru atau sekolah.
d. dapat diselesaikan/ dipecahkan,
artinya masalah tersebut dapat dipecahkan dilihat dari sumber daya peneliti,
waktu, biaya, dukungan kepala sekolah dan lain – lain yang terkait.
Sedangkan
untuk mengidentifikasi masalah, seorang guru hendahlah dengan penuh kesadaran
dan kejujuran mau bertanya pada diri sendiri dan menjawabnya sendiri pertanyaan
– pertanyaan berikut ini:
1)
Apa yang sedang terjadi di kelas saya?
2)
Masalah apa yang ditimbulkan oleh kejadian itu?
3)
Apa pengaruh masalah tersebut bagi saya?
4)
Apa yang akan terjadi jika masalah itu saya biarkan?
5)
Apa yang dapat saya lakukan untuk mengatasi masalah
tersebut atau untuk memperbaiki situasi yang ada?
Jika
setelah menjawab pertanyaan – pertanyaan di atas seorang guru menyimpulkan
bahwa ia memang menghadapi masalah, berarti ia sudah berhasil mengidentifikasi
masalah (LAN, 2007).
2. Menganalisis
dan Merumuskan Masalah
Setelah masalah teridentifikasi, langkah selanjutnya adalah menganalisis dan merumuskan masalah,
sehingga masalah yang kita hadapi dan akan kita selesaikan menjadi semakin
jelas, tidak kabur. Analisis masalah dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan
refleksi diri atau menganalisis dokumen, seperti daftar absensi siswa, daftar
nilai, catatan – catatan siswa dan dokumen lainnya. Sedangkan rumusan masalah,
biasanya dirumuskan dengan kalimat tanya, yang menggambarkan sesuatu yang ingin
diselesaikan melalui PTK (LAN. 2007).
B. Perencanaan Tindakan Perbaikan
Setelah
masalah dirumuskan secara operasional, langkah selanjutnya adalah menysun
rencana tindakan untuk mengatasi atau memecahkan masalah tersebut. Tahap -
tahap perencanaan tindakan ini terdiri atas beberapa kegiatan, yang harus
dilakukan, yaitu sebagai berikut:
1. Memilih jenis tindakan
perbaikan yang diharapkan akan dapat
mengatasi masalah dan nerumuskan hipotesis tindakan.
2. Menentukan indikator
kinerja untuk dijadikan ukuran keberhasilan tindakan
3. Menganalisis kelayakan
hipotesis tindakan dan indikator kinerja (Depdiknas, 1999).
Untuk dapat
melakukan kegiatan (1), (2) dan (3) di atas, sebagai peneliti seorang guru
perlu melakukan kegiatan – kegiatan sebagai berikut:
a. melakukan kajian teoritik di bidang pendidikan yang relevan
b. melakukan kajian terhadap hasil – hasil
penelitian yang relevan
c. melakukan diskusi dengan teman sejawat, pakar
pendidikan, peneliti lain dan pihak lain yang kompeten.
d. merefleksikan pengalamannya sendiri sebagai
guru (LAN, 2007).
4. Menentukan teknik dan
alat pengumpul data yang akan digunakan untuk mendokumentasikan semua informasi
tentang pelaksanaan tindakan
5. Menentukan teknik
analisis data yang akan digunakan sesuai dengan sifat dan jenis data serta
tujuan penelitian
6. Mempersiapkan semua
komponen yang berkaitan dengan pelaksanaan tindakan (Depdiknas, 1999)..
Beberapa
kegiatan dalam rangka persiapan ini anatara lain adalah:
a. Membuat rencana dan skenario pembelajaran atau
tindakan yang akan dilaksanakan.
b. Menyiapakan segala fasilitas dan sarana/
prasarana yang diperlukan, seperti: bahan ajar, alat peraga, media pembelajaran
dn lain – lain.
c. Menyusun alat pengumpul data, seperti: lembar
observasi, pedoman wawancara, lembar angket , kisi – kisi tes, butir soal,
kunci jawaban dan pedoman pensekoran.
d. Mensimulasikan pelaksanaan tindakan dan
observasi (bila diperlukan).
C. Pelaksanaan
Tindakan Perbaikan , Observasi, Interpretasi dan Diskusi Balikan.
Setelah
segala persiapan pelaksanaan tidakan selesai dilakukan, saatnya dilakukan
pelaksanaan tindakan perbaikan di dalam kelas. Perlu diketahui bahwa dalam PTK,
observasi dan interpretasi terhadap proses dan hasil tindakan dilakukan secara
bersamaan. Ini berarti guru selaku aktor PTK harus mampu melakukan observasi
dan interpretasi secara cepat, sehingga penyesuaian – penyesuaian dapat
dilakukan jika perlu. Bila PTK dilakukan oleh guru secara mandiri, untuk
melakukan observasi dapat meminta bantuan kepada guru lain yang sebelumnya
telah dilatih untuk melakukan observasi. Bila PTK dilakukan secara kolaboratif,
observasi dapat dilakukan oleh anggota tim pelaksana PTK tersebut.
Agar observasi kelas memberikan manfaat yang
optimal, perlu diikuti diskusi balikan (review discussion) yang dalam
pelaksanaannya hendaklah:
1. diberikan tidak lebih dari 24 jam setelah
observasi.
2. digelar dalam suasana yang saling memberi dan
menerima (mutually supportive) dan tidak ada yang merasa terancam (non-threatening)
3. bertolak dari rekaman data yang
dibuat oleh pengamat
4. diinterpretasikan secara bersama – sama oleh
guru (aktor tindakan) dan pengamat, dengan kerangka pikir tindakan yang tengah
digelar
5. pembahasan mengacu pada penetapan sasaran
serta pengembangan strategi perbaikan, untuk menentukan perencanaan tindakan
selanjutnya (Depdiknas, 1999).
Sebaliknya diskusi balikan yang terburuk adalah
diskusi balikan yang berlangsung seperti berikut ini.
1. terlalu dipusatkan kepada kekurangan dan/ atau
kesalahan guru sebagai aktor tindakan
2. diberikan secara satu arah yaitu dari
pengamat kepada guru
3. bertolak dari kesan-kesan yang kurang
didukung data
3. dilaksanakan
terlalu lama setelah observasi (Depdiknas, 1999).
D. Analisis Data dan Refleksi
Data yang dikumpulkan selama pelaksanaan tindakan ini dapat berasal dari
hasil observasi, catatan harian guru, hasil angket, hasil wawancara, hasil tes
atau nilai tes siswa, rekaman suara dan/ atau rekaman gambar dan berbagai
dokumen yang terkait dengan pelaksanaan tindakan. Agar data tersebut bermakna
sebagai dasar untuk mengambil keputusan harus dianalisis atau diberi makna
(LAN, 2007)..
Analisis data ini agak berbeda
dengan interpretasi yang dilakukan pada tahap observasi dan pada
pertemuan/ diskusi balikan, Analisis data ini, mencakup proses dan dampaknya dari
dilakukannya implementasi suatu siklus secara keseluruhan.
Analisis data ini merupakan proses penyeleksian, penyederhanaan, pemfokusan, pengabstraksian
dan pengorganisasian data secara sistematis dan rasional untuk menampilkan
bahan – bahan yang dapat digunakan untuk menyusun jawaban terhadap tujuan PTK.
Analisis data dilakukan secara tiga tahap, yaitu reduksi, paparan dan
penyimpulan data sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Hasil analisis data
ini sangat penting, sebagai bahan atau masukan untuk melakukan refleksi
(Depdiknas, 1999)..
Refleksi adalah upaya untuk merenungkan atau mengkaji secara intens tentang apa yang
telah dan/ atau tidak terjadi, apa yang telah dihasilkan atau belum berhasil
dituntaskan serta menjajagi alternatif-alternatif solusi yang perlu dikaji,
dipilih dan dilaksanakan untuk dapat mewujudkan tujuan PTK setelah satu paket
(siklus) tindakan perbaikan dilakukan (Depdiknas, 1999).
E. Perencanaan Tindak Lanjut
Dari hasil analisis data dan refleksi itu kemudian ditentukan apakah PTK
sudah mencapai hasil seperti yang diharapkan atau apakah masalah sudah
terselesaikan? Jika sudah, berarti PTK selesai (tidak perlu dilaksanakan siklus
selanjutnya), tetapi jika belum tercapai sesuai harapan atau masalah belum
terselesaikan, maka perlu dilaksanakan siklus selanjutnya, dengan melakukan
perbaikan – perbaikan terhadap pelaksanaan siklus sebelumnya, sampai diperoleh
hasil sesuai dengan yang diharapkan atau sampai permasalahan terselesaikan.
Bahkan bila perlu dilakukan penyusunan tindakan perbaikan yang betul – betul
baru untuk mengatasi masalah yang ada, (Depdiknas, 1999).
Oleh karena
itu sebenarnya dalam PTK, banyak siklus tindakan yang dilakukan belum dapat
ditentukan sebelumnya, karena banyak siklus tindakan sangat tergantung pada
terselesaikannya masalah penelitian. Namun demikian ada kemungkinan banyak
siklus tindakan itu dapat diperkirakan sebelumnya dengan memperhatikan: bobot
(berat atau ringannya) masalah yang akan diselesaikan, kondisi siswa, kondisi
guru dan faktor masukan serta proses lainnya. Jadi siklus PTK akan berakhir,
jika masalah telah terselesaikan atau perbaikan telah berhasil dilakukan (LAN,
2007).
BAB V
PENYUSUNAN
PROPOSAL PTK
A.
Format Proposal (Usulan)
PTK
Proposal PTK adalah suatu
perencanaan yang sistematis untuk melaksanakan PTK, yang di dalamnya mengandung
komponen dan langkah – langkah yang harus dilakukan dalam melaksanakan PTK
(LAN, 2007).
Mengingat
PTK merupakan salah satu jenis penelitian yang relatif baru, sehingga belum ada
format proposal PTK yang baku. Namun demikian pada umumnya proposal PTK berisi
unsur – unsur berikut ini:
- Halaman Judul (Kulit Luar), berisi: Judul PTK, Nama Ketua Tim Peneliti dan Nama Lembaga asalnya.
- Halaman Pengesahan, berisi: a) Judul PTK, Bidang Ilmu dan Kategori penelitian, b) Ketua Tim Peneliti (Nama lengkap dan gelar, Gol/Pangkat/NIP, Jabatan Fungsional, Jurusan, Institusi), c) Susunan Tim Peneliti (Seperti pada Ketua Tim, untuk masing-masing anggota peneliti), d) Lokasi Penelitian, e) Lama Penelitian, f) Biaya Penelitian, g) Sumber Dana, h) Tempat dan tanggal pembuatan, i) Tanda tangan ketua Tim Peneliti, j) Menyetujui Kepala/Ketua Puslit/Lemlit dan k) Mengetahui Pimpinan Institusi.
- Halaman Berikutnya, berisi::
a. Judul PTK. Judul hendaknya menyatakan dengan akurat dan padat
mengenai permasalahan serta bentuk tindakan yang dilakukan sebagai upaya
pemecahan masalah. Formulasi judul hendaknya: singkat, jelas dan sederhana,
namun secara tersirat telah menampilkan sosok PTK, bukan sosok penelitian
formal.
b. Latar Belakang Masalah. Pada bagian ini hendaklah
diuraikan urgensi (pentingnya) penanganan masalah yang diajukan melalui PTK.
Untuk itu perlu ditunjukkan fakta-fakta yang mendukung, baik yang berasal dari
pengamatan guru selama ini maupun dari kajian pustaka, hasil-hasil penelitian
terdahulu (bila ada). Karakteristik khas PTK hendaknya dapat tercermin pada
bagian ini.
c. Permasalahan. Permasalahan yang
diusulkan untuk ditangani melalui PTK itu dijabarkan secara lebih rinci pada
bagian ini. Masalah harus benar-benar di angkat dari masalah keseharian yang
ada di kelas atau di sekolah yang memang layak dan perlu diselesaikan melalui
PTK, bukan masalah yang secara teknis- metodologis di luar jangkauan PTK. Uraian hendaknya
didahului dengan identifikasi masalah kemudian analisis masalah serta diikuti
refleksi awal sehingga masalah menjadi lebih jelas, kemudian ditutup dengan
perumusan masalah.
d. Cara Pemecahan Masalah. Pada bagian ini
dikemukakan cara pemecahan masalah yang dihadapi, disertai dengan landasan
kopnseptual yang mantab yang bertolak dari hasil analisis masalah. Di samping
itu, juga harus terbayangkan kemungkinan kemanfaatan hasil pemecahan masalah
dalam rangka pembenahan dan/ atau peningkatan implementasi program pembelajaran
dan/ atau berbagai program sekolah lainnya. Juga harus dicermati behwa
artikulasi kemanfaatan PTK berbeda dari kemanfaatan penelitian formal.
e. Tujuan dan Manfaat
Penelitian.
1) Tujuan Penelitian, hendaknya dirumuskan
secara jelas, baik tujuan antara maupun tujuan akhirnya. Perumusannya harus
konsisten dengan hakekat permasalahan yang dikemukakan sebelumnya. Dengan
sendirinya, artikulasi tujuan PTK berbeda dengan tujuan penelitian formal.
Perlu diingat bahwa: “Pengujian dan/ atau pengembangan strategi PBM baru, bukan
merupakan tujuan PTK”. Selanjutnya, ketercapaian tujuan PTK hendaknya dapat
diverifikasi secara obyektif, syukur dapat dikuantifikasikan (dinyatakan dalam
angka-angka).
2) Manfaat Penelitian, perlu dipaparkan manfaat
atau keuntungan yang dijanjikan, baik bagi siswa sebagai pewaris langsung (direct
beneficiaries) hasil PTK, bagi rekan-rekan guru lainnya, bagi kepala
sekolah, bagi sekolah dan bagi para dosen pendidik guru. Berbeda dengan
penelitian formal, kemanfaatan bagi pengembangan ilmu, teknologi dan seni,
bukan merupakan prioritas dalam konteks PTK, meskipun kemungkinan kehadirannya
tidak ditolak.
f. Definisi Operasional atau
Batasan Istilah. Untuk menghindari terjadinya perbedaan penafsiran, pada bagian ini perlu
dikemukakan batasan-batasan istilah yang berkaitan dengan istilah-istilah
penting pada judul, variabel yang diselidiki dan lain-lain yang dianggap perlu.
g. Asumsi dan Keterbatasan. Suatu penelitian apapun
bentuknya, tidak terlepas dari asumsi-asumsi dan keterbatasan-keterbataan. Oleh
karena itu pada bagian ini perlu dicantumkan asumsi-asumsi dan
ketebatasan-keterbatasan itu.
h.
Kerangka Teoritik dan Hipotesis Tindakan. Pada bagian ini diuraikan
landasan subtantif, dalam arti teopritik dan/ atau metodologik yang dipergunakan
peneliti dalam menentukan alternatif tindakan yang akan diimplementasikan.
Untuk itu, pada bagian ini perlu diuraikan kajian terhadap: pengalaman peneliti
selaku pelaku PTK sendiri dan para pelaku PTK lain yang relevan di samping
kajian terhadap teori-teori yang lazim termuat di berbagai perpustakaan.
Argumentasi lagig dan teoritik diperlukan guna menyusun kerangka konsrptual,
yang selanjutnya dirumuskan hipotesis tindakan.
i. Metode (Rencana)
Penelitian. Pada bagian ini perlu dikemukakan beberapa hal sebagai berikut:
1)
Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian. Pada bagian ini perlu
disebutkan di mana dan di kelas berapa serta bagaimana karakteristik kelas
tersebut, seperti: komposisi banyak siswa laki-laki dan perempuan, kemampuan
akademis siswa apakah homogen atau hiterogen, latar belakang sosial ekonomi
oprang tua siswa dan lain-lain yang relevan dengan permasalahan yang diteliti.
Aspek subtantif permasalahan, seperti Mata Pelajaran Matematika atau Bahasa
Inggris kelas II SMP, juga perlu disebutkan di sini.
2)
Variabel yang Diselidiki. Pada bagian ini ditentukan
jenis-jenis variabel yang dijadikan titik-titik incar untuk menjawab
permasalahan yang dihadapi. Variabel-variabel tersebut dapat berupa: (a)
variabel input yang terkait dengan: siswa, guru, bahan pelajaran, sumber
belajar, prosedur evaluasi, lingkungan belajar dan lain-lain, (b) variabel
proses penyelenggaraan PBM, seperti: keterampilan mengajar guru, keterampilan
bertanya guru, gaya mengajar guru, cara belajar siswa, implementasi beberapa
metopde mengajar guru di kelas, aktivitas siswa selama mengikuti pelajaran dan
lain-lain, (c) variabel output, seperti: rasa ingin tahu siswa, kemampuan siswa
mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan, hasil belajar siswa, minat siswa,
motivasi siswa, sikap siswa terhadap pengalaman belajar yang baru digelar
melalui tindakan perbaikan dan sebagainya.
3)
Prosedur Penelitian. Pada bagian ini perlu disebutkan
bentuk penelitian yang dipilih, apakah guru sendiri sebagai peneliti atau
dilaksanakan dengan berkolaborasi dengan pihak lain. Juga perlu disebutkan
perkiraan banyak siklus (misalnya dua siklus atau lebih) dan prosedur
penelitian yang dipilih (digunakan), misalnya dengan memilih salah satu model
PTK yang ada atau dengan memodifikasi sesuai situasi, kondisi dan keperluan.
Akan lebih baik bila digambarkan dengan jelas Skema atau Diagram tentang
prosedur (langkah-langkah) rencana tindakan perbaikan yang akan dilaksanakan ,
yang meliputi:
(a)
Perencanaan/Persiapan, yaitu persiapan yang dilakukan
sehubungan dengan PTK yang diprakasai seperti: pelaksanaan tes diaknostik untuk
menspesifikasi masalah (bila diperlukan), pembuatan skenario pembelajaran,
pengadaan alat dan bahan yang akan digunakan, validasi ahli/ teman sejawat
skenario pembelajaran dan alat (instrumen) pengumpul data, simulasi dan
lain-lain terkait dengan pelaksanaan tindakan perbaikan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
(b)
Implementasi Tindakan. Pada bagian ini perlu disebutkan
secara garis besar prosedur tindakan yang akan dilaksanakan pada setiap siklus.
Yang perlu diingat bahwa tindakan pada siklus II dan seterusnya, dilakukan
dengan melakukan berbagai perbaikan didasarkan dari hasil interpretasi dan
diskusi balikan tindakan siklus-siklus sebelumnya.
(c) Observasi. Pada bagian ini perlu
disebutkan variabel-variabel apa saja yang diobservasi, kapan dan bagaimana
teknik/ prosedur dan alat apa yang digunakan untuk observasi serta siapa yang
melakukannya.
(d) Interpretasi dan Diskusi
Balikan. Pada bagian ini perlu dikemukakan bagaimana prosedur interpretasi hasil observasi
dan evaluasi itu dilakukan, kapan dilakukan dan siapa saja yang terlibat di
dalamnya.
(e) Analisis Data dan
Refleksi. Pada bagian ini perlu dikemukakan tentang prosedur analisis terhadap
masing-masing dari semua data yang terkumpul dan prosedur refleksi berkenaan
dengan proses, hasil dan dampak dari tindakan yang dilakukan yang akan
dilaksanakan. Perlu juga disebutkan siapa saja yang terlibat, kapan dilakukan
dan bagaimana kriteria dan rencana bagi tindakan siklus berikutnya.
4)
Data dan Teknik Pengumpulannya. Pada bagian ini perlu disebutkan
dengan jelas mengenai: sumber data, semua jenis data yang dikumpulkan, baik
data yang berbentuk kuantitatif, kualitatif atau kombinasi dari keduanya. Di
smping itu juga perlu dijelaskan teknik pengumpulan data dan instrumen (alat)
pengumpul data yang digunakan untuk mengumpulkan masing-masing data tersebut.
Yang tidak boleh dilupakan dalam PTK ini bahwa guru sebagai pelaku PTK, juga
harus aktif mengumpulkan data, bukan semata-mata sebagai sumber data.
5)
Indikator Kinerja. Pada bagian ini disebutkan tolok
ukur keberhasilan tindakan perbaikan yang telah ditetapkan secara eksplisit
untuk mempermudah verifikasi.
- Tim Peneliti dan Tugasnya. Pada bagian ini dituliskan nama-nama anggopta tim peneliti disertai uraian tugas/ peran setiap anggota serta dialokasikan jam kerja/ minggu untuk kegiatan penelitian.
- Jadwal Penelitian. Jadwal kegiatan penelitian perlu disusun dalam bentuk matriks yang menggambarkan urutan kegiatan dari awal (persiapan) sampai akhir (pengumpulan laporan hasil penelitian).
- Rencana Anggaran. Pada bagian ini disebutkan secara rinci rencana anggaran yang diperlukan untuk penelitian ini dalam bentuk matriks, disesuaikan dengan ketentuan anggaran lembaga yang mendanai penelitian tersebut.
- Daftar Pustaka
- Lampiran – Lampiran
B. Komponen Pembiayaan PTK
Sebagai gambaran dan pertimbangan dalam penyusunan anggaran PTK berikut ini
diuraikan mengenai komponen, cara memerinci dan beberapa patokan pembiayaan PTK
mengacu pada ketentuan umum Ditjen Dikti c.q. DP3M (Depdiknas, 1999).
1. Persiapan, antara lain meliputi
kegiatan: pertemuan annggota tim peneliti untuk menetapkan jadwal penelitian
dan pembagian kerja, menyusun instrumen penelitian, menetapkan format instrumen
pengumpul data, menetapkan teknik analisis data dan sebagainya.
2. Kegiatan operasional di
lapangan, antara lain meliputi kegiatan: pelaksanaan tes diaknostik, gladi resik
implementasi tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi, interpretasi,
diskusi balikan, pertemuan untuk melakukan analisis dan refleksi, perencanaan
tindakan siklus selanjutnya dan sebagainya.
3. Penyusunan laporan hasil
PTK, antara
lain meliputi kegiatan: penyusunan konsep laporan, review konsep
laporan, penyusunan konsep laporan akhir, seminar tingkat lokal dan nasional
hasil PTK, penggandaan laporan, pembuatan artikel hasil PTK dalam bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris dan sebagainya.
4. Implementasi Tindakan,
Observasi, Evaluasi, Interpretasi dan Diskusi Balikan. Pada bagian ini perlu
disebutkan bahwa bersamaan dengan implementasi tindakan yang akan diterapkan,
dilakukan pula observasi, evaluasi dan interpretasi hasil observasi dan
evaluasi, termasuk di dalamnya diskusi balikan. Selanjutnya perlu dikemukakan
secara garis besar prosedur dari masing-masing kegiatan tersebut, yaitu:
BAB VI
PENULISAN
LAPORAN HASIL PTK
A.
Tujuan dan Manfaat
Penulisan Laporan Hasil PTK
Tujuan
menuliskan laporan hasil penelitian adalah untuk mencatat, memberitahukan serta
mengkomunikasikan suatu hasil penelitian. Penulisan laporan PTK
sangat penting, karena selain untuk kepentingan pengembangan diri secara
keseluruhan dan sebagai dokumentasi, juga dapat digunakan sebagai perbandingan
dalam menangani masalah serupa yang dialami oleh teman – teman sejawat yang
juga ingin mengadakan atau melakukan PTK (LAN, 2007).
B. Format Laporan Hasil PTK
Format
laporan PTK berbeda dengan format laporan penelitian biasa (non PTK), karena
laporan dalam PTK tidak hanya mencantumkan hasil penelitian saja, tetapi harus
mencantumkan semua langkah, mulai dari sejak menemukan masalah, merencanakan
tindakan, melaksanakan tindakan, mengobservasi, menginterpretasi, mendiskusikan
balikan, menganalisis, merefleksi, kemudian kembali ke rencana tindak lanjut
selanjutnya (LAN, 2007). Secara garis besar format
laporan PTK adalah sebagai berikut:
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. .......
B. .......
C. dan seterusnya
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
B. Rancangan Penelitian
1. Tahap Perencanaan Tindakan
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
3. Tahap Observasi
4.
Tahap Interpretasi dan Diskusi Balikan
5. Tahap Analisis dan Refleksi
C. Teknik Pengumpulan dan
Instrumen Pengumpul Data
D. Teknik Analisis Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian dan Pembahasan Pelaksanaan
Tindakan Siklus I
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan Pelaksanaan
Tindakan Siklus II
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan Pelaksanaan
Tindakan Siklus ....
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran-Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
(Depdiknas, 1999)
C. Contoh –
Contoh Keterkaitan Antara Judul, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Hipotesis
Tindakan, Indikator Kinerja, Kesimpulan dan Saran Pada PTK
Mengingat masih banyak teman – teman
guru yang di dalam merumuskan Antara
Judul, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Hipotesis Tindakan, Indikator
Kinerja, Kesimpulan dan Saran Pada PTK kadang terkesan tidak nyambung, maka
berikut ini penulis cantumkan beberapa contoh keterkaitan tersebut sebagai
berikut:
1. Contoh 1:
•
Judul PTK: Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Penerapan
Model Pembelajaran…di Kelas…SMP… Tahun Pelajaran….
•
Rumusan
Masalah:
1.
Apakah melalui
penerapan model pembelajaran… dapat meningkatkan hasil belajar matematika di
kelas…SMP… tahun pelajaran…?
2.
Seberapa besar
peningkatan hasil belajar matematika yang terjadi, setelah diterapkan model
pembelajaran… di kelas…SMP… tahun pelajaran…?
•
Tujuan
Penelitian:
1.
Untuk mengetahui
dapat atau tidaknya penerapan model pembelajaran… , untuk meningkatkan hasil
belajar matematika di kelas…SMP… tahun pelajaran….
2.
Untuk
mendeskrepsikan besar peningkatan hasil belajar matematika yang terjadi,
setelah diterapkannya model pembelajaran… di kelas…SMP… tahun pelajaran….
Hipotesis
Tindakan: Apabila diterapkan model
pembelajaran… , maka akan terjadi peningkatan hasil belajar matematika di
kelas…SMP… tahun pelajaran….
Indikator Kinerja: Yang menjadi indikator bahwa tindakan ini dikatakan telah dapat
meningkatkan hasil belajar matematika di kelas … tahun pelajaran…, apabila
besar peningkatan hasil belajar siswa minimal sebesar … atau …%.
•
Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab
IV, dapat disimpulkan bahwa:
1.
Melalui penerapan
model pembelajaran… , dapat meningkatkan hasil belajar matematika di kelas…SMP…
tahun pelajaran….
2.
Besar peningkatan
hasil belajar matematika yang terjadi, setelah diterapkannya model
pembelajaran… di kelas…SMP… tahun pelajaran…., adalah sebagai berikut:
a.
Pada siklus I
sebesar … atau … %.
b.
Pada siklus II
sebesar … atau … %.
c.
Pada siklus III
sebesar …atau … %.
•
Saran: Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian di atas,
penulis menyarankan agar kiranya:
1.
Para guru
matematika pada khususnya dapat mencoba
menerapkan model pembelajaran… untuk meningkatkan hasil belajar siswa
atau untuk mengatasi berbagai permasalahan pembelajaran yang terjadi di
kelasnya.
2.
Para kepala
sekolah dapat mendorong agar para guru dapat melakukan penelitian yang sejenis
untuk meningkatkan hasil belajar siswa atau untuk mengatasi berbagai
permasalahan pembelajaran yang terjadi di kelasnya.
2. Contoh 2:
•
Judul PTK: Efektivitas Pembelajaran Matematika Melalui Penerapan
Model Pembelajaran…di Kelas…SMP… Tahun Pelajaran….
•
Rumusan
Masalah:
1.
Apakah melalui
penerapan model pembelajaran… dapat mengefektifan pembelajaran matematika di
kelas…SMP… tahun pelajaran…?
2.
Bagaimana
efektivitas pembelajaran matematika yang terjadi, setelah diterapkan model
pembelajaran… di kelas…SMP… tahun pelajaran…?
•
Tujuan
Penelitian:
1.
Untuk mengetahui
dapat atau tidaknya penerapan model pembelajaran… , untuk mengefektifkan
pembelajaran matematika di kelas…SMP… tahun pelajaran….
2.
Untuk
mendeskrepsikan efektivitas pembelajaran matematika yang terjadi, setelah
diterapkannya model pembelajaran… di kelas…SMP… tahun pelajaran….
Hipotesis Tindakan: Apabila diterapkan model pembelajaran… , maka pembelajaran matematika
di kelas…SMP… tahun pelajaran… akan efektif.
Indikator Kinerja: Yang menjadi indikator bahwa penerapan model pembelajaran… ini
dikatakan telah dapat mengefektifkan pembelajaran matematika di kelas … tahun
pelajaran…, apabila:
a. Rata – rata hasil belajar siswa minimal sebesar …
b. Rata – rata kemampuan guru mengelola pembelajaran minimal sebesar….
c. Rata – rata aktivitas siswa yang termasuk kegiatan belajar aktif selama mengikuti proses pembelajaran
a. Rata – rata hasil belajar siswa minimal sebesar …
b. Rata – rata kemampuan guru mengelola pembelajaran minimal sebesar….
c. Rata – rata aktivitas siswa yang termasuk kegiatan belajar aktif selama mengikuti proses pembelajaran
minimal
sebesar…..
•
Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab
IV, dapat disimpulkan bahwa:
1.
Melalui penerapan
model pembelajaran… , dapat mengefektifkan pembelajaran matematika di kelas…SMP…
tahun pelajaran….
2.
Efektivitas
pembelajaran matematika yang terjadi, setelah diterapkannya model pembelajaran…
di kelas…SMP… tahun pelajaran…., adalah sebagai berikut:
a.
Pada siklus I:
rata-rata hasil belajar siswa sebesar …, rata-rata kemampuan guru mengelola
pembelajaran sebesar…, dan rata-rata aktivitas siswa yang termasuk KBA selama
mengikuti pembelajaran sebesar ….
b.
Pada siklus II:
rata-rata hasil belajar siswa sebesar …, rata-rata kemampuan guru mengelola
pembelajaran sebesar…, dan rata-rata aktivitas siswa yang termasuk KBA selama
mengikuti pembelajaran sebesar ….
c.
Pada siklus III:
rata-rata hasil belajar siswa sebesar …, rata-rata kemampuan guru mengelola
pembelajaran sebesar…, dan rata-rata aktivitas siswa yang termasuk KBA selama
mengikuti pembelajaran sebesar …
•
Saran: Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian di atas,
penulis menyarankan agar kiranya:
1.
Para guru
matematika pada khususnya dapat mencoba
menerapkan model pembelajaran… untuk mengefektifkan pembelajaran yang
diampu di kelasnya.
2.
Para kepala
sekolah dapat mendorong para guru agar dapat melakukan penelitian yang sejenis
untuk mengefektifkan pembelajaran atau untuk mengatasi berbagai permasalahan
pembelajaran yang terjadi di kelasnya.
3.
Contoh 3:
•
Judul PTK: Meminimalkan Kesalahan Konsep Matematika Melalui
Penerapan Model Pembelajaran…di Kelas…SMP… Tahun Pelajaran….
•
Rumusan
Masalah:
1.
Apakah melalui
penerapan model pembelajaran… dapat meminimalkan kesalahan konsep matematika di
kelas…SMP… tahun pelajaran…?
2.
Seberapa besar
pengurangan kesalahan konsep matematika yang terjadi, setelah diterapkan model
pembelajaran… di kelas…SMP… tahun pelajaran…?
•
Tujuan
Penelitian:
1.
Untuk mengetahui
dapat atau tidaknya penerapan model pembelajaran… , untuk memiinimalkan
kesalahan konsep matematika di kelas…SMP… tahun pelajaran….
2.
Untuk
mendeskrepsikan besar pengurangan kesalahan konsep matematika yang terjadi,
setelah diterapkannya model pembelajaran… di kelas…SMP… tahun pelajaran….
Hipotesis Tindakan: Apabila diterapkan model pembelajaran… , maka kesalahan konsep
matematika di kelas…SMP… tahun pelajaran… dapat diminimalkan.
Indikator Kinerja: Yang menjadi indikator bahwa penerapan model pembelajaran… ini
dikatakan dapat meminimalkan kesalahan konsep matematika di kelas … tahun
pelajaran…, apabila besar pengurangan
kesalahan konsep yang terjadi minimal sebesar ….
•
Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab
IV, dapat disimpulkan bahwa:
1.
Melalui penerapan
model pembelajaran… , dapat meminimalkan kesalahan konsep matematika di
kelas…SMP… tahun pelajaran….
2.
Besar pengurangan
konsep matematika yang terjadi, setelah diterapkannya model pembelajaran… di
kelas…SMP… tahun pelajaran…., adalah sebagai berikut:
Pada
siklus I sebesar …., Pada siklus II sebesar …, dan Pada siklus III sebesar ….
•
Saran: Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian di atas,
penulis menyarankan agar kiranya:
1.
Para guru
matematika pada khususnya dapat mencoba
menerapkan model pembelajaran… untuk meminimalkan kesalahan konsep
matematika atau untuk mengatasi berbagai permasalahan pembelajaran matematika
yang terjadi di kelasnya.
2.
Para kepala
sekolah dapat mendorong agar para guru dapat melakukan penelitian yang sejenis
untuk meminimalkan kesalahan konsep yang terjadi atau untuk mengatasi berbagai
permasalahan pembelajaran yang terjadi di kelasnya.
4. Contoh 4:
Judul PTK: Meminingkatkan
Kemampuan Siswa Dalam Memecahkan Masalah Matematika Melalui Penerapan Model
Pembelajaran…di Kelas…SMP… Tahun Pelajaran….
•
Rumusan
Masalah:
1.
Apakah melalui
penerapan model pembelajaran… dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah matematika di kelas…SMP… tahun pelajaran…?
2.
Seberapa besar
peningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika yang terjadi,
setelah diterapkan model pembelajaran… di kelas…SMP… tahun pelajaran…?
•
Tujuan
Penelitian:
1.
Untuk mengetahui
dapat atau tidaknya penerapan model pembelajaran… , untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika di kelas…SMP… tahun
pelajaran….
2.
Untuk
mendeskrepsikan besar peningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
matematika yang terjadi, setelah diterapkannya model pembelajaran… di
kelas…SMP… tahun pelajaran….
Hipotesis Tindakan: Apabila diterapkan model pembelajaran… , maka kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah matematika di kelas…SMP… tahun pelajaran… akan meningkat.
Indikator Kinerja: Yang menjadi indikator bahwa penerapan model pembelajaran… ini
dikatakan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
matematika di kelas … tahun pelajaran…, apabila besar peningkatan kemampuan siswa yang terjadi minimal sebesar
….
•
Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab
IV, dapat disimpulkan bahwa:
1.
Melalui penerapan
model pembelajaran… , meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
matematika di kelas … tahun pelajaran…
2.
Besar peningkatan
kemampuan siswa memecahkan masalah matematika yang terjadi, setelah
diterapkannya model pembelajaran… di kelas…SMP… tahun pelajaran…., adalah
sebagai berikut:
Pada
siklus I sebesar …., Pada siklus II sebesar …, dan Pada siklus III sebesar ….
•
Saran: Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian di atas,
penulis menyarankan agar kiranya:
1.
Para guru
matematika pada khususnya dapat mencoba
menerapkan model pembelajaran… untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah matematika atau untuk mengatasi berbagai permasalahan
pembelajaran matematika yang terjadi di kelasnya.
2.
Para kepala
sekolah dapat mendorong agar para guru dapat melakukan penelitian yang sejenis
untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah atau untuk mengatasi berbagai permasalahan
pembelajaran yang terjadi di kelasnya.
Contoh – contoh masalah lain yang dapat ditingkatkan
atau diatasi melalui PTK selain Hasil / Prestasi Belajar, Efektifitas,
Kemampuan, Kesalahan sebagaimana contoh-contoh di atas antara lain:
1.
Kemampuan
memahami soal cerita
2.
Kemampuan
menyelesaikan soal cerita
3.
Aktivitas belajar
siswa
4.
Motivasi atau
minat belajar siswa
5.
Efisiensi
pembelajaran
6.
Kesalahan
prosedur
7.
Kesalahan hitung
Apa bila permasalahan – permasalahan di
atas yang akan ditingkatkan atau diatasi melalui PTK, maka Judul, Rumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, Hipotesis Tindakan, Indikator Kinerja, Kesimpulan
dan Saran, kiranya dapat disesuaikan dengan empat buah contoh di atas.
D. Desiminasi
Hasil PTK
Desiminasi
adalah proses penyebarluasan hasil penelitian melalui media tertentu.
Desiminasi laporan hasil PTK itu dapat dilakukan melalui beberapa cara, antara
lain melalui: 1. rapat dinas, 2. KKG/ MGMP/MKS, 3. seminar, 4. media cetak dan
5. kolaborasi dalam melakukan PTK.
Tujuan
dari desiminasi hasil penelitian ini antara lain adalah untuk: 1. membantu
sesama guru lain dalam rangka meningkatkan profesionalismenya, 2. saling
berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam meningkatkan pembelajaran dan 3.
sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil kebijakan dalam upaya
meningkatkan mutu pendidikan.
BAB VII
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam
rangka untuk meningkatkan profesionalisme guru dan dalam rangka memperbaiki
proses dan hasil pembelajarannya di kelas, serta sebagai sarana bagi guru untuk
melakukan inovasi – inovasi pembelajaran, dapat dilakukan melalui penelitian
tindakan kelas (PTK). Hal itu sangat memungkinkan karena sesuai dengan
karakteristik dan prinsip PTK, jenis penelitian itu sangat cocok untuk
dilakukan guru secara mandiri atau berkolaborasi dengan pihak lain yang
kompeten.
Agar para
guru dapat melakukan PTK secara mandiri atau berkolaborasi dengan pihak lain
yang kompeten, kiranya para guru perlu dibekali pemahaman yang cukup tentang
berbagai hal yang berkaitan dengan PTK ini.
B.
Tindak Lanjut
Sebagai tindak lanjut dari materi
diklat PTK ini diharapkan:
1.
Peserta diklat dapat menyusun proposal, melakukan PTK dan
menyusun laporan hasil PTK baik secara mandiri atau berkolaborasi dengan teman
sejawat atau pihak lain yang kompeten.
2.
Peserta diklat yang pernah melakukan PTK dan menuliskan
laopran hasil PTK dapat mengimbaskan ilmu pengetahuan dan pengalamannya kepada
teman sejawat, melalui KKG/ MGMP atau di sekolah masing – masing.
3.
Perlu dukungan berbagai pihak agar para guru memiliki
budaya melakukan PTK untuk mengatasi berbagai permasalahan pembelajaran di
kelas.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas.
1999. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta. Proyek PGSM Dikti.
Depdiknas. 2012. Pedoman Pelaksanaan PKB dan Angka Kreditnya. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2012. Pedoman Penilaian Kegiatan PKB. Jakarta: Depdiknas.
Suharsimi
A. 1993. Prosedur Penelitian (Suatu
Pendekatan Praktek). Jakarta: Rineka Cipta.
LAN. 2007.
Penelitian Tindakan Kelas (Modul Diklat
Calon Widyaiswara). Jakarta: Lembaga Administrasi Negara (LAN).
Sugiyono.
2010. Metode Penelitian Pendidikan
(Metode Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Wardani,
I.G.A.K, Kuswaya Wihardit, Noehi Nasution. 2004. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Pusat Penerbit Universitas
Terbuka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar