Selasa, 05 Maret 2013

BAHAN AJAR MATERI DIKLAT "PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)"



BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Peningkatan mutu merupakan fokus pembangunan di bidang pendidikan di Indonesia. Salah satu caranya adalah dengan memanfaatkan hasil – hasil penelitian di bidang pendidikan. Sayangnya hasil-hasil penelitian pendidikan itu belum berdampak langsung terhadap peningkatan mutu pendidikan dan mutu pembelajaran di kelas. Hal itu dikarenakan oleh dua sebab utama, yaitu:
1. Pelaku penelitian berasal dari pihak luar dan guru kurang dilibatkan dalam penelitian tersebut.
2. Penyebaran dari hasil - hasil penelitian itu memakan waktu yang cukup lama.
Semakin mantabnya psikologi kognitif dengan azas konstruktivis dan dengan diterapkannya Kurikulum 2006 (KTSP), telah memberikan kemandirian kepada sekolah dan guru dalam memilih strategi, pendekatan, metode pembelajaran dan dalam melakukan berbagai inovasi dalam pembelajaran di kelas
Dalam melaksanakan tugas mengajar di kelas, hampir semua guru selalu menghadapi masalah yang perlu segera diatasi. Masalah tersebut bisa timbul dari diri siswa, sarana dan prasarana, pemilihan strategi, pendekatan dan metode pembelajaran, materi pelajaran maupun lingkungan. Namun banyak guru yang tidak tahu bagaimana cara mengatasinya, bahkan tidak sedikit pula yang tidak tahu atau tidak menyadari jika ada masalah.
Penilaian angka kredit jabatan guru menuntut nilai pengembangan profesi, termasuk salah satunya adalah penulisan karya tulis ilmiah dalam bentuk laporan hasil penelitian di bidang pendidikan. Sementara itu tugas pokok guru mengajar sudah cukup banyak. Belum lagi umumnya para guru di sekolah masih diberikan tugas tambahan di samping tugas pokok mengajar di kelas. Tugas tambahan itu misalnya, sebagai wakil kepala sekolah, pembina OSIS, bendahara, wali kelas dan lain – lain. Sehingga sangat sulit bagi guru untuk melakukan penelitian formal di bidang pendidikan kemudian menuliskannya dalam bentuk karya tulis ilmiah. Maka sangat wajar bila disinyalir banyak guru yang kenaikan pangkatnya dari IV/a ke IV/b terhambat oleh ketentuan harus adanya nilai pengembangan profesi. Terlebih lagi sejak tahun 2013, untuk naik dari golongan III/a ke III/b dan seterusnya sudah dipersyaratkan bagi guru harus melakukan Pengembangan Profesian Berkelanjutan (PKB) dalam bentuk kegiatan Pengembangan Diri, Publikasi Ilmiah dan/ atau Karya Inovatif dengan jumlah angka kredit yang bervariasi disesuaikan dengan golongannya.
Memperhatikan beberapa kenyataan di atas, kiranya para guru perlu dibekali pengetahuan dan keterampilan tentang jenis penelitian yang praktis, mudah dilakukan, tanpa harus mengganggu tugas pokoknya, yakni mengajar di kelas. Ingat Guru adalah agen utama dalam upaya perbaikan pembelajaran di kelas dan peningkatan mutu pendidikan. Bentuk penelitian yang memenuhi tuntutan seperti itu salah satunya adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Class Room Actions Reaserch.

B.  Tujuan
Setelah membaca bahan ajar ini dan menerima penjelasan dari fasilitator, serta melalui diskusi, diharapkan peserta diklat dapat:
1.      Menjelaskan tentang hakekat penelitian di bidang pendidikan, 
2.      Menjelaskan tentang  hakekat penelitian tindakan kelas, 
3.      Menjelaskan tentang metodologi atau prosedur PTK, 
4.      Membuat proposal PTK 
5.      Melakukan PTK secara mandiri atau berkolaborasi dengan pihak lain. 
6.      Menuliskan laporan hasil PTK.


C.  Manfaat
Bahan ajar ini diharapkan dapat dimanfaatkan bagi peserta diklat sebagai bahan tambahan informasi dan referensi tentang berbagai hal terkait dengan Penelitian di Bidang Pendidikan dan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). 

D.  Ruang Lingkup Materi
 Dalam Bahan Ajar ini akan diuraikan serba singkat tentang:  hakekat penelitian di bidang pendidikan, hakekat Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK),  Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK)..
BAB II
HAKEKAT PENELITIAN DI BIDANG PENDIDIKAN

A. Pengertian Penelitian di Bidang Pendidikan
Yang dimaksud dengan penelitian di bidang pendidikan adalah upaya mencari fakta-fakta yang muncul di bidang pendidikan formal, nonformal maupun informal yang dilakukan dengan langkah-langkah tertentu dan bersifat ilmiah, sistematis serta logis sehingga dapat ditemukan jawaban-jawaban atas permasalahan yang muncul. Sedangkan yang dimaksud dengan Ilmiah adalah memenuhi syarat (kaidah) ilmu pengetahuan, yakni: berdasarkan pada fakta empiris yang diperoleh melalui penelitian secara hati-hati dan objektif (Sugiyono,2010)..

B. Tujuan Penelitian di Bidang Pendidikan
Sugiyono (2010), mengemukakan bahwa penelitian di bidang pendidikan itu memiliki tujan antara lain:
  1. Untuk menemukan pengetahuan, konsep dan teori baru di bidang pendidikan,
  2. Untuk memperbaiki atau mengembangkan teori lama di bidang pendidikan
  3. Untuk memperkokoh atau menguatkan teori yang sudah ada di bidang pendidikan

C.  Macam – Macam Penelitian di Bidang Pendidikan
Sebagaimana penelitian pada umumnya, terdapat berbagai macam penelitian, tergantung dari sisi mana memandangnya. Bila di pandang dari sisi kegunaannya. penelitian di bidang pendidikan dapat dibedakan menjadi 5 macam, yaitu::
  1. Penelitian dasar/penelitian murni (foundamental research), yaitu penelitian yang tujuan utamanya untuk menemukan pengetahuan, generalisasi dan teori baru dalam bidang pendidikan.
  2. Penelitian terapan (applied research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan menerapkan teori-teori yang ada dengan tujuan untuk memperbaiki proses dan hasil pendidikan.
  3. Penelitian tindakan (action research), yaitu penelitian yang dilakukan untuk mencari suatu dasar pengetahuan praktis untuk memperbaiki keadaan/situasi yang dilakukan secara terbatas dan umumnya dilakukan pada situasi yang sedang berlangsung.
  4. Penelitian evaluasi (evaluation research), yaitu penelitian untuk menilai suatu proses kegiatan yang sedang berjalan guna mencari umpan balik dalam rangka memperbaiki sistem pendidikan.
  5. Penelitian asesmen (assesment research), yaitu penelitian untuk menentukan perubahan berdasarkan perlakuan tertentu  (Sugiyono, 2010).

C.  Manfaat Penelitian di Bidang Pendidikan
Menurut Prayitno (2009), bahwa penelitian di bidang pendidikan antara lain bermanfaat untuk:
  1. Dijadikan sarana atau pertimbangan dalam menyusun kebijakan dan strategi  dalam pengembangan pendidikan.
  2. Dijadikan sarana diskusi dalam mencari penyebab kegagalan dan mencari solusi pemecahannya.
  3. Untuk melukiskan sumber daya yang ada, hambatan yang ditemukan maupun kemungkinan pengembangan yang harus dilakukan dalam pengembangan pendidikan.
  4. Untuk melukiskan tentang kemampuan pembiayaan, peralatan, perbekalan dan tenaga yang ada, baik dari segi jumlah (kuantitas) maupun segi mutu (kualitas)

BAB III
HAKEKAT PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A.  Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan terjemahan dari classroom action research, yaitu action research yang dilakukan di dalam kelas. Sedangkan pengertian action recearch, McNiff, J. (dalam LAN, 2007), mengemukakan sebagai berikut:
Action recearch is a from of self reflective inquiry under taken by participants (teacher, students or principals, for example) in social (including educational) situation in order to improve the rationality and justice of (a) their own social or educational practices, (b) their understanding of these practice and the situations (and institutions) in which practices are carried out
Maksud dari pernyataan tersebut penelitian tindakan adalah sebuah penyelidikan yang berasal dari hasil kegiatan melakukan refleksi diri yang diambil (dilakukan) oleh peserta yang terlibat dalam situasi yang diteliti (misalnya, guru, siswa atau kepala sekolah) di bidang sosial (termasuk di bidang pendidikan)i dalam rangka meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari (a) praktek yang mereka lakukan sendiri baik di bidang sosial atau di bidang pendidikan, (b) pemahaman mereka dari praktek dan situasi (dan lembaga) di mana praktek itu dilakukan.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu jenis penelitian dengan mengambil setting kelas, yang bersifat praktis, refleksif dan siklis, yang dilakukan oleh pelaku tindakan dengan tujuan untuk meningkatkan atau memperbaiki proses dan hasil pembelajaran di kelas tersebut.

B.  Alasan Pentingnya PTK Bagi Para Guru
PTK ini sangat penting untuk dipahami dan dilakukan oleh para guru, dikarenakan beberapa alasan sebagai berikut:
  1. PTK menawarkan cara baru untuk melakukan inovasi-inovasi dan perbaikan-perbaikan pembelajaran agar menjadi lebih efektif serta untuk meningkatkan profesionalisme guru.
  2. PTK membuat guru dapat meneliti dan mengkaji kegiatan pembelajarannya sehari-hari di kelas, sehingga segala permasalahan pembelajaran di kelas dapat segera diatasi sendiri.
  3. PTK dapat dilakukan guru secara terintegrasi dengan tetap melaksanakan tugas mengajar di kelas, tanpa harus meninggalkan tugasnya.
  4. PTK mampu menjembatani kesenjangan antara teori dengan praktik di lapangan  (Depdiknas, 1999).

C.  Karakteristik PTK
Sebagai suatu jenis penelitian, PTK ini memiliki karakteristik (ciri khusus) dibandingkan dengan jenis dan bentuk penelitian lainnnya. Karakteristik PTK tersebut antara lain:
  1. Situasional, artinya berkait langsung dengan masalah kopngkrit yang dihadapi guru di kelas atau di sekolah.
  2. Kontekstual, artinya sebagai upaya pemecahan masalah untuk peningkatan mutu pendidikan., prestasi siswa, profesi guru dan mutu sekolah dengan cara merefleksi diri.
  3. Bersifat kolaboratif dan partisipatif, artinya sebagai suatu kegiatan modifikasi praktis dan kontinu untuk memperbaiki praktik pembelajaran
  4. Bersifat evaluatif dan reflektif (self-evaluatif), fleksibel (luwes) dan adaptif (menyesuaikan), sehingga memungkinkan ada perubahan selama pelaksanaan tindakan
  5. Memanfaatkan data pengamatan dan perilaku empirik, yaitu dengan menelaah ada tidaknya kemajuan, sementara penelitian dan proses pembelajaran terus berjalan.
  6. Sifat dan sasaran PTK adalah situasional-spesifik, tujuannya untuk memecahkan masalah praktis secara langsung di sini (kelas) dan sekarang. (Depdiknas, 1999).

D.  Prinsip -  Prinsip PTK
Disamping memiliki karakteristik sebagaimana disebutkan di atas,  PTK juga memiliki beberapa prinsip sebagai berikut:
  1. Pelaksanaan PTK tidak boleh mengganggu atau menghambat proses pembelajaran di kelas.
  2. Metodologi yang digunakan harus reliabel
  3. Permasalahan yang dipilih untuk diteliti, harus menarik, nyata, tidak menyulitkan, dapat dipecahkan, dalam jangkauan peneliti untuk melakukan perubahan dan peneliti terpanggil untuk meningkatkan diri.
  4. Pengumpulan data tidak mengganggu tugas guru, atau tidak menyita waktu terlalu banyak.
  5. Harus memperhatikan etika, tata krama dan rambu-rambu penelitian yang berlaku umum.
  6. Kegiatan penelitian itu hendaknya berkelanjutan (on-going), karena cakupan peningkatan dan pengembangan sepanjang waktu menjadi tantangan.
  7. Meskipun kelas atau mata pelajaran merupakan tanggung jawab seorang guru, namun dalam pelaksanaan PTK sejauh mungkin harus digunakan classroom-exceeding perspective (Depdiknas, 1999).
E.  Tujuan PTK

Tujuan dilakukannya PTK adalah untuk salah satu atau lebih dari hal – hal berikut ini:
  1. Meningkatkan dan/ atau memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas/ sekolah secara berkesinambungan.
  2. Meningkatkan relevansi/ kesesuaian antara unsur - unsur yang terdapat dalam pembelajaran.
  3. Meningkatkan kemampuan, keterampilan dan pofesionalisme guru dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang timbul dalam pembelajaran dengan melakukan inovasi - inovasi praktik pembelajaran.
  4. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran
  5. Menumbuhkembangkan budaya meneliti di kalangan guru (Depdiknas, 1999).

F.  Manfaat  PTK
Dilihat dari segi akademik, manfaat dari PTK adalah untuk membantu para guru untuk menghasilkan pengetahuan yang sahih (valid) dan relevan bagi kelas mereka untuk memperbaiki pembelajaran mereka dalam jangka pendek. Dengan demikian para guru tidak lagi dianggap sebagai penerima pembaharuan yang sudah tuntas dikembangkan di atas, tetapi mereka justru diharapkan ikut mengembangkan sendiri pengetahuannya dalam proses pembelajaran. (Depdiknas, 1999).
Sedangkan manfaat PTK dari segi praktis, antara lain bahwa PTK dapat dimanfaatkan sebagai wahana bagi para guru untuk:
1.   melaksanakan inovasi-inovasi pembelajaran yang tumbuh dari bawah
2.   mengembangkan kurikulum di tingkat kelas/ sekolah
3.   mengembangkan profesionalisme guru, melalui proses latihan secara sistematik dan berkelanjutan (Depdiknas, 1999).

G.  Perbedaan Antara PTK dengan Penelitian Non PTK dan Penelitian  Formal

Terdapat beberapa perbedaan antara PTK dengan penelitian formal (non PTK) dan antara PTK dengan Penelitian Formal. Perbedaan – perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel 1 dan 2 berikut ini.

Tabel 1: Perbedaan antara PTK dengan Penelitian Kelas (non PTK)

No
Aspek
Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian Kelas (Non PTK)
1.
Peneliti
Dilakukan oleh Guru secara mandiri atau berkolaborasi dengan pihak lain
Dilakukan Orang luar
2.
Rencana Penelitian
Dibuat oleh oleh Guru secara mandiri atau berkolaborasi dengan pihak lain
Dibuat oleh Peneliti
3.
Munculnya masalah
Berasal dari guru, mungkin dengan dorongan orang lain
Dirasakan oleh orang luar
4.
Ciri utama
Ada tindakan perbaikan yang bersiklus (berulang)
Belum tentu ada tindakan perbaikan
5.
Peran guru
Sebagai guru dan sekaligus peneliti
Sebagai guru dan subjek penelitian
6.
Proses pengumpulan data
Dilakukan guru sendiri dengan/ tapa dibantu orang lain
Dilakukan oleh Peneliti
7.
Hasil penelitian
Langsung dimanfaatkan oleh guru dan dirasakan oleh siswa/ kelas
Menjadi milik peneliti dan belum tentu dirasakan oleh siswa/ kelas

(Diadaptasi dari LAN, 2007)
Tabel 2:     Perbedaan Karakteristik antara PTK dengan Penelitian Formal (non PTK)

No
Dimensi
Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian Kelas(Non PTK)
1.
Motivasi
Tindakan
Kebenaran
2.
Sumber Masalah
Diagnostik status
Induktif - deduktif
3.
Tujuan
Memperbaiki praktik seka-rang dan di sini
Verifikasi dan menemukan pengetahuan yang dapat didefinisikan
4.
Peneliti yang terlibat
Pelaku dari dalam (guru secara mandiri atau berkolaborasi dengan pihak lain)
Orang luar yang berminat
5.
Sampel
Kasus khusus
Sampel yang representatif
6.
Metodologi
Longgar, tetapi berusaha objektif, jujur dan tidak memihak
Baku dengan objektivitas dan dengan ketidakme-mihakan yang terintegrasi
7.
Penalaran hasil penelitian
Untuk memahami praktik melalui refleksi oleh praktisi yang membangun
Mendeskripsikan,mengabs-traksikan, penyimpulan dan pembentukan teori oleh ilmuwan
8
Hasil Akhir
Siswa belajar lebih baik
Pengetahuan, prosedur atau materi yang teruji

(Diadaptasi dari LAN, 2007)
 

































BAB IV
PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Secara garis besar prosedur atau langkah-langkah PTK mencakup empat tahap yang merupakan satu siklus atau daur, sehingga akan kembali berulang. Keempat tahap itu adalah: perencanaan (planing), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting). Siklus dari keempat tahap dari langkah – langkah PTK tersebut dapat digambarkan seperti pada gambar 1 berikut ini.








Gambar 1: Prosedur atau Langkah – Langkah PTK (LAN. 2007)
 
 


















Dari empat langkah pokok PTK tersebut bila digabungkan dengan kegiatan atau langkah – langkah yang harus dilakukan dari sejak guru merasakan adanya masalah, maka dapat dikembangkan menjadi 6 langkah sebagai berikut: a. Pengembangan fokus masalah penelitian,  b. Perencanaan tindakan perbaikan, c. Pelaksanaan tindakan perbaikan,  d. Observasi, interpretasi dan diskusi balikan, e. Analisis dan refleksi dan f. Perencanaan tindak lanjut (Depdiknas, 1999).
Masing – masing tahapan PTK tersebut dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut:

A.  Penetapan Fokus Masalah Penelitian
Tahap pertama dalam perencanaan PTK adalah penetapan fokus masalah yang akan diteliti. Bahkan kualitas suatu penelitian dapat ditentukan oleh kualitas masalah yang diteliti (LAN, 2007). Beberapa langkah yang perlu dilalui untuk dapat menemukan masalah dalam PTK adalah: 1. Merasakan adanya masalah dan mengidentifikasi masalah, 2. Menganalisis dan merumuskan masalah.
1.      Merasakan Adanya Masalah dan Mengidentifikasi Masalah
Tidak semua masalah yang terjadi di kelas dapat diselesaikan melalui PTK. Oleh karenanya perlu diketahui syarat – syarat suatu masalah dapat diselesaikan melalui PTK, yaitu masalah tersebut haruslah:
a.   riil and on the job problem oriented, artinya masalah itu harus benar – benar ada sebagai masalah dan di bawah kewenangan guru untuk memecahkannya. Selain itu masalah tersebut datang dari apa yang diamati dan dirasakan oleh guru sendiri, bukan dari hasil pengamatan orang lain.
b.   problematik, artinya masalah itu benar – benar perlu dan penting untuk diselesaikan.
c.   memberi manfaat yang jelas, artinya masalah tersebut harus benar – benar akan memberikan manfaat yang jelas atau nyata bagi siswa, guru atau sekolah.
d.   dapat diselesaikan/ dipecahkan, artinya masalah tersebut dapat dipecahkan dilihat dari sumber daya peneliti, waktu, biaya, dukungan kepala sekolah dan lain – lain yang terkait.
Sedangkan untuk mengidentifikasi masalah, seorang guru hendahlah dengan penuh kesadaran dan kejujuran mau bertanya pada diri sendiri dan menjawabnya sendiri pertanyaan – pertanyaan berikut ini:
1)            Apa yang sedang terjadi di kelas saya?
2)            Masalah apa yang ditimbulkan oleh kejadian itu?
3)            Apa pengaruh masalah tersebut bagi saya?
4)            Apa yang akan terjadi jika masalah itu saya biarkan?
5)            Apa yang dapat saya lakukan untuk mengatasi masalah tersebut atau untuk memperbaiki situasi yang ada?
Jika setelah menjawab pertanyaan – pertanyaan di atas seorang guru menyimpulkan bahwa ia memang menghadapi masalah, berarti ia sudah berhasil mengidentifikasi masalah (LAN, 2007).
2.  Menganalisis dan Merumuskan Masalah
Setelah masalah teridentifikasi, langkah selanjutnya adalah      menganalisis dan merumuskan masalah, sehingga masalah yang kita hadapi dan akan kita selesaikan menjadi semakin jelas, tidak kabur. Analisis masalah dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan refleksi diri atau menganalisis dokumen, seperti daftar absensi siswa, daftar nilai, catatan – catatan siswa dan dokumen lainnya. Sedangkan rumusan masalah, biasanya dirumuskan dengan kalimat tanya, yang menggambarkan sesuatu yang ingin diselesaikan melalui PTK (LAN. 2007).

B.  Perencanaan Tindakan Perbaikan
Setelah masalah dirumuskan secara operasional, langkah selanjutnya adalah menysun rencana tindakan untuk mengatasi atau memecahkan masalah tersebut. Tahap - tahap perencanaan tindakan ini terdiri atas beberapa kegiatan, yang harus dilakukan, yaitu sebagai berikut:
1.    Memilih jenis tindakan perbaikan yang  diharapkan akan dapat mengatasi masalah dan nerumuskan hipotesis tindakan.
2.    Menentukan indikator kinerja untuk dijadikan ukuran keberhasilan tindakan
3.    Menganalisis kelayakan hipotesis tindakan dan indikator kinerja (Depdiknas, 1999).
Untuk dapat melakukan kegiatan (1), (2) dan (3) di atas, sebagai peneliti seorang guru perlu melakukan kegiatan – kegiatan sebagai berikut:
a.   melakukan kajian teoritik  di bidang pendidikan yang relevan
b.   melakukan kajian terhadap hasil – hasil penelitian yang relevan
c.   melakukan diskusi dengan teman sejawat, pakar pendidikan, peneliti lain dan pihak lain yang kompeten.
d.   merefleksikan pengalamannya sendiri sebagai guru (LAN, 2007).
4.    Menentukan teknik dan alat pengumpul data yang akan digunakan untuk mendokumentasikan semua informasi tentang pelaksanaan tindakan
5.    Menentukan teknik analisis data yang akan digunakan sesuai dengan sifat dan jenis data serta tujuan penelitian
6.    Mempersiapkan semua komponen yang berkaitan dengan pelaksanaan tindakan (Depdiknas, 1999)..
Beberapa kegiatan dalam rangka persiapan ini anatara lain adalah:
a.   Membuat rencana dan skenario pembelajaran atau tindakan yang akan dilaksanakan.
b.   Menyiapakan segala fasilitas dan sarana/ prasarana yang diperlukan, seperti: bahan ajar, alat peraga, media pembelajaran dn lain – lain.
c.   Menyusun alat pengumpul data, seperti: lembar observasi, pedoman wawancara, lembar angket , kisi – kisi tes, butir soal, kunci jawaban dan pedoman pensekoran.
d.   Mensimulasikan pelaksanaan tindakan dan observasi (bila diperlukan).

C. Pelaksanaan Tindakan Perbaikan , Observasi, Interpretasi dan Diskusi Balikan.

Setelah segala persiapan pelaksanaan tidakan selesai dilakukan, saatnya dilakukan pelaksanaan tindakan perbaikan di dalam kelas. Perlu diketahui bahwa dalam PTK, observasi dan interpretasi terhadap proses dan hasil tindakan dilakukan secara bersamaan. Ini berarti guru selaku aktor PTK harus mampu melakukan observasi dan interpretasi secara cepat, sehingga penyesuaian – penyesuaian dapat dilakukan jika perlu. Bila PTK dilakukan oleh guru secara mandiri, untuk melakukan observasi dapat meminta bantuan kepada guru lain yang sebelumnya telah dilatih untuk melakukan observasi. Bila PTK dilakukan secara kolaboratif, observasi dapat dilakukan oleh anggota tim pelaksana PTK tersebut.
Agar observasi kelas memberikan manfaat yang optimal, perlu diikuti diskusi balikan (review discussion) yang dalam pelaksanaannya hendaklah:
1.   diberikan tidak lebih dari 24 jam setelah observasi.
2.   digelar dalam suasana yang saling memberi dan menerima (mutually supportive) dan tidak ada yang merasa terancam (non-threatening)
3.   bertolak dari rekaman data yang dibuat oleh pengamat
4.   diinterpretasikan secara bersama – sama oleh guru (aktor tindakan) dan pengamat, dengan kerangka pikir tindakan yang tengah digelar
5.   pembahasan mengacu pada penetapan sasaran serta pengembangan strategi perbaikan, untuk menentukan perencanaan tindakan selanjutnya (Depdiknas, 1999).
Sebaliknya diskusi balikan yang terburuk adalah diskusi balikan yang berlangsung seperti berikut ini.
1.   terlalu dipusatkan kepada kekurangan dan/ atau kesalahan guru sebagai aktor tindakan
2.   diberikan secara satu arah yaitu dari pengamat kepada guru
3.   bertolak dari kesan-kesan yang kurang didukung data
3.   dilaksanakan terlalu lama setelah observasi (Depdiknas, 1999).

D. Analisis Data dan Refleksi
Data yang dikumpulkan selama pelaksanaan tindakan ini dapat berasal dari hasil observasi, catatan harian guru, hasil angket, hasil wawancara, hasil tes atau nilai tes siswa, rekaman suara dan/ atau rekaman gambar dan berbagai dokumen yang terkait dengan pelaksanaan tindakan. Agar data tersebut bermakna sebagai dasar untuk mengambil keputusan harus dianalisis atau diberi makna (LAN, 2007)..
Analisis data ini agak berbeda  dengan interpretasi yang dilakukan pada tahap observasi dan pada pertemuan/ diskusi balikan, Analisis data ini, mencakup proses dan dampaknya dari dilakukannya implementasi suatu siklus secara keseluruhan.
Analisis data ini merupakan proses penyeleksian, penyederhanaan, pemfokusan, pengabstraksian dan pengorganisasian data secara sistematis dan rasional untuk menampilkan bahan – bahan yang dapat digunakan untuk menyusun jawaban terhadap tujuan PTK. Analisis data dilakukan secara tiga tahap, yaitu reduksi, paparan dan penyimpulan data sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Hasil analisis data ini sangat penting, sebagai bahan atau masukan untuk melakukan refleksi (Depdiknas, 1999)..
Refleksi adalah upaya untuk merenungkan atau mengkaji secara intens tentang apa yang telah dan/ atau tidak terjadi, apa yang telah dihasilkan atau belum berhasil dituntaskan serta menjajagi alternatif-alternatif solusi yang perlu dikaji, dipilih dan dilaksanakan untuk dapat mewujudkan tujuan PTK setelah satu paket (siklus) tindakan perbaikan dilakukan (Depdiknas, 1999). 

E.     Perencanaan Tindak Lanjut
Dari hasil analisis data dan refleksi itu kemudian ditentukan apakah PTK sudah mencapai hasil seperti yang diharapkan atau apakah masalah sudah terselesaikan? Jika sudah, berarti PTK selesai (tidak perlu dilaksanakan siklus selanjutnya), tetapi jika belum tercapai sesuai harapan atau masalah belum terselesaikan, maka perlu dilaksanakan siklus selanjutnya, dengan melakukan perbaikan – perbaikan terhadap pelaksanaan siklus sebelumnya, sampai diperoleh hasil sesuai dengan yang diharapkan atau sampai permasalahan terselesaikan. Bahkan bila perlu dilakukan penyusunan tindakan perbaikan yang betul – betul baru untuk mengatasi masalah yang ada, (Depdiknas, 1999).
Oleh karena itu sebenarnya dalam PTK, banyak siklus tindakan yang dilakukan belum dapat ditentukan sebelumnya, karena banyak siklus tindakan sangat tergantung pada terselesaikannya masalah penelitian. Namun demikian ada kemungkinan banyak siklus tindakan itu dapat diperkirakan sebelumnya dengan memperhatikan: bobot (berat atau ringannya) masalah yang akan diselesaikan, kondisi siswa, kondisi guru dan faktor masukan serta proses lainnya. Jadi siklus PTK akan berakhir, jika masalah telah terselesaikan atau perbaikan telah berhasil dilakukan (LAN, 2007).







BAB V
PENYUSUNAN PROPOSAL PTK

A.     Format Proposal (Usulan) PTK
 Proposal PTK adalah suatu perencanaan yang sistematis untuk melaksanakan PTK, yang di dalamnya mengandung komponen dan langkah – langkah yang harus dilakukan dalam melaksanakan PTK (LAN, 2007).
Mengingat PTK merupakan salah satu jenis penelitian yang relatif baru, sehingga belum ada format proposal PTK yang baku. Namun demikian pada umumnya proposal PTK berisi unsur – unsur berikut ini:
  1. Halaman Judul (Kulit Luar), berisi: Judul PTK, Nama Ketua Tim Peneliti dan Nama Lembaga asalnya.
  2. Halaman Pengesahan, berisi: a) Judul PTK, Bidang Ilmu dan Kategori penelitian, b) Ketua Tim Peneliti (Nama lengkap dan gelar, Gol/Pangkat/NIP, Jabatan Fungsional, Jurusan, Institusi), c) Susunan Tim Peneliti (Seperti pada Ketua Tim, untuk masing-masing anggota peneliti), d) Lokasi Penelitian, e) Lama Penelitian, f) Biaya Penelitian, g) Sumber Dana, h) Tempat dan tanggal pembuatan, i) Tanda tangan ketua Tim Peneliti, j) Menyetujui Kepala/Ketua Puslit/Lemlit dan k) Mengetahui Pimpinan Institusi.

  1. Halaman Berikutnya, berisi::
a.    Judul PTK.  Judul hendaknya menyatakan dengan akurat dan padat mengenai permasalahan serta bentuk tindakan yang dilakukan sebagai upaya pemecahan masalah. Formulasi judul hendaknya: singkat, jelas dan sederhana, namun secara tersirat telah menampilkan sosok PTK, bukan sosok penelitian formal.
b.    Latar Belakang Masalah. Pada bagian ini hendaklah diuraikan urgensi (pentingnya) penanganan masalah yang diajukan melalui PTK. Untuk itu perlu ditunjukkan fakta-fakta yang mendukung, baik yang berasal dari pengamatan guru selama ini maupun dari kajian pustaka, hasil-hasil penelitian terdahulu (bila ada). Karakteristik khas PTK hendaknya dapat tercermin pada bagian ini.
c.    Permasalahan. Permasalahan yang diusulkan untuk ditangani melalui PTK itu dijabarkan secara lebih rinci pada bagian ini. Masalah harus benar-benar di angkat dari masalah keseharian yang ada di kelas atau di sekolah yang memang layak dan perlu diselesaikan melalui PTK, bukan masalah yang secara teknis- metodologis  di luar jangkauan PTK. Uraian hendaknya didahului dengan identifikasi masalah kemudian analisis masalah serta diikuti refleksi awal sehingga masalah menjadi lebih jelas, kemudian ditutup dengan perumusan masalah.
d.    Cara Pemecahan Masalah. Pada bagian ini dikemukakan cara pemecahan masalah yang dihadapi, disertai dengan landasan kopnseptual yang mantab yang bertolak dari hasil analisis masalah. Di samping itu, juga harus terbayangkan kemungkinan kemanfaatan hasil pemecahan masalah dalam rangka pembenahan dan/ atau peningkatan implementasi program pembelajaran dan/ atau berbagai program sekolah lainnya. Juga harus dicermati behwa artikulasi kemanfaatan PTK berbeda dari kemanfaatan penelitian formal.
e.    Tujuan dan Manfaat Penelitian.
1)   Tujuan Penelitian, hendaknya dirumuskan secara jelas, baik tujuan antara maupun tujuan akhirnya. Perumusannya harus konsisten dengan hakekat permasalahan yang dikemukakan sebelumnya. Dengan sendirinya, artikulasi tujuan PTK berbeda dengan tujuan penelitian formal. Perlu diingat bahwa: “Pengujian dan/ atau pengembangan strategi PBM baru, bukan merupakan tujuan PTK”. Selanjutnya, ketercapaian tujuan PTK hendaknya dapat diverifikasi secara obyektif, syukur dapat dikuantifikasikan (dinyatakan dalam angka-angka).
2)   Manfaat Penelitian, perlu dipaparkan manfaat atau keuntungan yang dijanjikan, baik bagi siswa sebagai pewaris langsung (direct beneficiaries) hasil PTK, bagi rekan-rekan guru lainnya, bagi kepala sekolah, bagi sekolah dan bagi para dosen pendidik guru. Berbeda dengan penelitian formal, kemanfaatan bagi pengembangan ilmu, teknologi dan seni, bukan merupakan prioritas dalam konteks PTK, meskipun kemungkinan kehadirannya tidak ditolak.
f.     Definisi Operasional atau Batasan Istilah. Untuk menghindari terjadinya perbedaan penafsiran, pada bagian ini perlu dikemukakan batasan-batasan istilah yang berkaitan dengan istilah-istilah penting pada judul, variabel yang diselidiki dan lain-lain yang dianggap perlu.
g.    Asumsi dan Keterbatasan. Suatu penelitian apapun bentuknya, tidak terlepas dari asumsi-asumsi dan keterbatasan-keterbataan. Oleh karena itu pada bagian ini perlu dicantumkan asumsi-asumsi dan ketebatasan-keterbatasan itu.
h.    Kerangka Teoritik dan Hipotesis Tindakan. Pada bagian ini diuraikan landasan subtantif, dalam arti teopritik dan/ atau metodologik yang dipergunakan peneliti dalam menentukan alternatif tindakan yang akan diimplementasikan. Untuk itu, pada bagian ini perlu diuraikan kajian terhadap: pengalaman peneliti selaku pelaku PTK sendiri dan para pelaku PTK lain yang relevan di samping kajian terhadap teori-teori yang lazim termuat di berbagai perpustakaan. Argumentasi lagig dan teoritik diperlukan guna menyusun kerangka konsrptual, yang selanjutnya dirumuskan hipotesis tindakan.
i.      Metode (Rencana) Penelitian. Pada bagian ini perlu dikemukakan beberapa hal sebagai berikut:
1)      Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian. Pada bagian ini perlu disebutkan di mana dan di kelas berapa serta bagaimana karakteristik kelas tersebut, seperti: komposisi banyak siswa laki-laki dan perempuan, kemampuan akademis siswa apakah homogen atau hiterogen, latar belakang sosial ekonomi oprang tua siswa dan lain-lain yang relevan dengan permasalahan yang diteliti. Aspek subtantif permasalahan, seperti Mata Pelajaran Matematika atau Bahasa Inggris kelas II SMP, juga perlu disebutkan di sini.
2)      Variabel yang Diselidiki. Pada bagian ini ditentukan jenis-jenis variabel yang dijadikan titik-titik incar untuk menjawab permasalahan yang dihadapi. Variabel-variabel tersebut dapat berupa: (a) variabel input yang terkait dengan: siswa, guru, bahan pelajaran, sumber belajar, prosedur evaluasi, lingkungan belajar dan lain-lain, (b) variabel proses penyelenggaraan PBM, seperti: keterampilan mengajar guru, keterampilan bertanya guru, gaya mengajar guru, cara belajar siswa, implementasi beberapa metopde mengajar guru di kelas, aktivitas siswa selama mengikuti pelajaran dan lain-lain, (c) variabel output, seperti: rasa ingin tahu siswa, kemampuan siswa mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan, hasil belajar siswa, minat siswa, motivasi siswa, sikap siswa terhadap pengalaman belajar yang baru digelar melalui tindakan perbaikan dan sebagainya.
3)      Prosedur Penelitian. Pada bagian ini perlu disebutkan bentuk penelitian yang dipilih, apakah guru sendiri sebagai peneliti atau dilaksanakan dengan berkolaborasi dengan pihak lain. Juga perlu disebutkan perkiraan banyak siklus (misalnya dua siklus atau lebih) dan prosedur penelitian yang dipilih (digunakan), misalnya dengan memilih salah satu model PTK yang ada atau dengan memodifikasi sesuai situasi, kondisi dan keperluan. Akan lebih baik bila digambarkan dengan jelas Skema atau Diagram tentang prosedur (langkah-langkah) rencana tindakan perbaikan yang akan dilaksanakan , yang meliputi:
(a)   Perencanaan/Persiapan, yaitu persiapan yang dilakukan sehubungan dengan PTK yang diprakasai seperti: pelaksanaan tes diaknostik untuk menspesifikasi masalah (bila diperlukan), pembuatan skenario pembelajaran, pengadaan alat dan bahan yang akan digunakan, validasi ahli/ teman sejawat skenario pembelajaran dan alat (instrumen) pengumpul data, simulasi dan lain-lain terkait dengan pelaksanaan tindakan perbaikan yang telah ditetapkan sebelumnya.
(b)   Implementasi Tindakan. Pada bagian ini perlu disebutkan secara garis besar prosedur tindakan yang akan dilaksanakan pada setiap siklus. Yang perlu diingat bahwa tindakan pada siklus II dan seterusnya, dilakukan dengan melakukan berbagai perbaikan didasarkan dari hasil interpretasi dan diskusi balikan tindakan siklus-siklus sebelumnya.
(c)    Observasi. Pada bagian ini perlu disebutkan variabel-variabel apa saja yang diobservasi, kapan dan bagaimana teknik/ prosedur dan alat apa yang digunakan untuk observasi serta siapa yang melakukannya.
(d)   Interpretasi dan Diskusi Balikan. Pada bagian ini perlu dikemukakan bagaimana prosedur interpretasi hasil observasi dan evaluasi itu dilakukan, kapan dilakukan dan siapa saja yang terlibat di dalamnya.
(e)    Analisis Data dan Refleksi. Pada bagian ini perlu dikemukakan tentang prosedur analisis terhadap masing-masing dari semua data yang terkumpul dan prosedur refleksi berkenaan dengan proses, hasil dan dampak dari tindakan yang dilakukan yang akan dilaksanakan. Perlu juga disebutkan siapa saja yang terlibat, kapan dilakukan dan bagaimana kriteria dan rencana bagi tindakan siklus berikutnya.
4)      Data dan Teknik Pengumpulannya. Pada bagian ini perlu disebutkan dengan jelas mengenai: sumber data, semua jenis data yang dikumpulkan, baik data yang berbentuk kuantitatif, kualitatif atau kombinasi dari keduanya. Di smping itu juga perlu dijelaskan teknik pengumpulan data dan instrumen (alat) pengumpul data yang digunakan untuk mengumpulkan masing-masing data tersebut. Yang tidak boleh dilupakan dalam PTK ini bahwa guru sebagai pelaku PTK, juga harus aktif mengumpulkan data, bukan semata-mata sebagai sumber data.
5)      Indikator Kinerja. Pada bagian ini disebutkan tolok ukur keberhasilan tindakan perbaikan yang telah ditetapkan secara eksplisit untuk mempermudah verifikasi.
  1. Tim Peneliti dan Tugasnya. Pada bagian ini dituliskan nama-nama anggopta tim peneliti disertai uraian tugas/ peran setiap anggota serta dialokasikan jam kerja/ minggu untuk kegiatan penelitian.
  2. Jadwal Penelitian. Jadwal kegiatan penelitian perlu disusun dalam bentuk matriks yang menggambarkan urutan kegiatan dari awal (persiapan) sampai akhir (pengumpulan laporan hasil penelitian).
  3. Rencana Anggaran. Pada bagian ini disebutkan secara rinci rencana anggaran yang diperlukan untuk penelitian ini dalam bentuk matriks, disesuaikan dengan ketentuan anggaran lembaga yang mendanai penelitian tersebut.
  4. Daftar Pustaka
  5. Lampiran – Lampiran

B.     Komponen Pembiayaan PTK
Sebagai gambaran dan pertimbangan dalam penyusunan anggaran PTK berikut ini diuraikan mengenai komponen, cara memerinci dan beberapa patokan pembiayaan PTK mengacu pada ketentuan umum Ditjen Dikti c.q. DP3M (Depdiknas, 1999).
1.    Persiapan, antara lain meliputi kegiatan: pertemuan annggota tim peneliti untuk menetapkan jadwal penelitian dan pembagian kerja, menyusun instrumen penelitian, menetapkan format instrumen pengumpul data, menetapkan teknik analisis data dan sebagainya.
2.    Kegiatan operasional di lapangan, antara lain meliputi kegiatan: pelaksanaan tes diaknostik, gladi resik implementasi tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi, interpretasi, diskusi balikan, pertemuan untuk melakukan analisis dan refleksi, perencanaan tindakan siklus selanjutnya dan sebagainya.
3.    Penyusunan laporan hasil PTK, antara lain meliputi kegiatan: penyusunan konsep laporan, review konsep laporan, penyusunan konsep laporan akhir, seminar tingkat lokal dan nasional hasil PTK, penggandaan laporan, pembuatan artikel hasil PTK dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dan sebagainya.
4.    Implementasi Tindakan, Observasi, Evaluasi, Interpretasi dan Diskusi Balikan. Pada bagian ini perlu disebutkan bahwa bersamaan dengan implementasi tindakan yang akan diterapkan, dilakukan pula observasi, evaluasi dan interpretasi hasil observasi dan evaluasi, termasuk di dalamnya diskusi balikan. Selanjutnya perlu dikemukakan secara garis besar prosedur dari masing-masing kegiatan tersebut, yaitu:







BAB VI
PENULISAN LAPORAN HASIL PTK

A.           Tujuan dan Manfaat Penulisan Laporan Hasil PTK
Tujuan menuliskan laporan hasil penelitian adalah untuk mencatat, memberitahukan serta mengkomunikasikan suatu hasil penelitian. Penulisan laporan PTK sangat penting, karena selain untuk kepentingan pengembangan diri secara keseluruhan dan sebagai dokumentasi, juga dapat digunakan sebagai perbandingan dalam menangani masalah serupa yang dialami oleh teman – teman sejawat yang juga ingin mengadakan atau melakukan PTK (LAN, 2007).

B.      Format Laporan Hasil PTK
Format laporan PTK berbeda dengan format laporan penelitian biasa (non PTK), karena laporan dalam PTK tidak hanya mencantumkan hasil penelitian saja, tetapi harus mencantumkan semua langkah, mulai dari sejak menemukan masalah, merencanakan tindakan, melaksanakan tindakan, mengobservasi, menginterpretasi, mendiskusikan balikan, menganalisis, merefleksi, kemudian kembali ke rencana tindak lanjut selanjutnya (LAN, 2007). Secara garis besar format laporan PTK adalah sebagai berikut:
BAB I     PENDAHULUAN
                  A. Latar Belakang Masalah
                  B. Rumusan Masalah
                  D. Tujuan Penelitian
                  E. Manfaat Penelitian
BAB II   KAJIAN PUSTAKA
                  A. .......
                  B. .......
                  C. dan seterusnya
BAB III  METODOLOGI PENELITIAN
                  A. Setting Penelitian
                  B. Rancangan Penelitian
                     1. Tahap Perencanaan Tindakan
                     2. Tahap Pelaksanaan Tindakan               
                   3. Tahap Observasi
                     4. Tahap Interpretasi dan Diskusi Balikan
5. Tahap Analisis dan Refleksi
C. Teknik Pengumpulan dan Instrumen Pengumpul Data
D. Teknik Analisis Data
BAB IV  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian dan Pembahasan Pelaksanaan Tindakan Siklus I
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan Pelaksanaan Tindakan Siklus II
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan Pelaksanaan Tindakan Siklus ....
BAB V    PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran-Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN (Depdiknas, 1999)

C.  Contoh – Contoh Keterkaitan Antara Judul, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Hipotesis Tindakan, Indikator Kinerja, Kesimpulan dan Saran Pada PTK
Mengingat masih banyak teman – teman guru yang di dalam merumuskan Antara Judul, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Hipotesis Tindakan, Indikator Kinerja, Kesimpulan dan Saran Pada PTK kadang terkesan tidak nyambung, maka berikut ini penulis cantumkan beberapa contoh keterkaitan tersebut sebagai berikut:


1.      Contoh  1:
       Judul PTK: Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Penerapan Model Pembelajaran…di Kelas…SMP… Tahun Pelajaran….
       Rumusan Masalah:
1.         Apakah melalui penerapan model pembelajaran… dapat meningkatkan hasil belajar matematika di kelas…SMP… tahun pelajaran…?
2.         Seberapa besar peningkatan hasil belajar matematika yang terjadi, setelah diterapkan model pembelajaran… di kelas…SMP… tahun pelajaran…?
       Tujuan Penelitian:
1.         Untuk mengetahui dapat atau tidaknya penerapan model pembelajaran… , untuk meningkatkan hasil belajar matematika di kelas…SMP… tahun pelajaran….
2.         Untuk mendeskrepsikan besar peningkatan hasil belajar matematika yang terjadi, setelah diterapkannya model pembelajaran… di kelas…SMP… tahun pelajaran….
  Hipotesis Tindakan: Apabila diterapkan model pembelajaran… , maka akan terjadi peningkatan hasil belajar matematika di kelas…SMP… tahun pelajaran….
  Indikator Kinerja: Yang menjadi indikator bahwa tindakan ini dikatakan telah dapat meningkatkan hasil belajar matematika di kelas … tahun pelajaran…, apabila besar peningkatan hasil belajar siswa minimal sebesar … atau …%.
       Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab IV, dapat disimpulkan bahwa:
1.         Melalui penerapan model pembelajaran… , dapat meningkatkan hasil belajar matematika di kelas…SMP… tahun pelajaran….
2.         Besar peningkatan hasil belajar matematika yang terjadi, setelah diterapkannya model pembelajaran… di kelas…SMP… tahun pelajaran…., adalah sebagai berikut:
a.    Pada siklus I sebesar …  atau … %.
b.    Pada siklus II sebesar … atau … %.
c.    Pada siklus III sebesar …atau … %.
       Saran: Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian di atas, penulis menyarankan agar kiranya:
1.         Para guru matematika pada khususnya dapat mencoba  menerapkan model pembelajaran… untuk meningkatkan hasil belajar siswa atau untuk mengatasi berbagai permasalahan pembelajaran yang terjadi di kelasnya.
2.         Para kepala sekolah dapat mendorong agar para guru dapat melakukan penelitian yang sejenis untuk meningkatkan hasil belajar siswa atau untuk mengatasi berbagai permasalahan pembelajaran yang terjadi di kelasnya.
2.  Contoh  2:
     Judul PTK: Efektivitas Pembelajaran Matematika Melalui Penerapan Model Pembelajaran…di Kelas…SMP… Tahun Pelajaran….
       Rumusan Masalah:
1.         Apakah melalui penerapan model pembelajaran… dapat mengefektifan pembelajaran matematika di kelas…SMP… tahun pelajaran…?
2.         Bagaimana efektivitas pembelajaran matematika yang terjadi, setelah diterapkan model pembelajaran… di kelas…SMP… tahun pelajaran…?
       Tujuan Penelitian:
1.         Untuk mengetahui dapat atau tidaknya penerapan model pembelajaran… , untuk mengefektifkan pembelajaran matematika di kelas…SMP… tahun pelajaran….
2.         Untuk mendeskrepsikan efektivitas pembelajaran matematika yang terjadi, setelah diterapkannya model pembelajaran… di kelas…SMP… tahun pelajaran….
  Hipotesis Tindakan: Apabila diterapkan model pembelajaran… , maka pembelajaran matematika di kelas…SMP… tahun pelajaran… akan efektif.
  Indikator Kinerja: Yang menjadi indikator bahwa penerapan model pembelajaran… ini dikatakan telah dapat mengefektifkan pembelajaran matematika di kelas … tahun pelajaran…, apabila:
a. Rata – rata hasil belajar siswa minimal sebesar …
b. Rata – rata kemampuan guru mengelola pembelajaran minimal sebesar….
c. Rata – rata aktivitas siswa yang termasuk kegiatan belajar aktif selama mengikuti proses pembelajaran
     minimal sebesar…..
     Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab IV, dapat disimpulkan bahwa:
1.        Melalui penerapan model pembelajaran… , dapat mengefektifkan pembelajaran matematika di kelas…SMP… tahun pelajaran….
2.        Efektivitas pembelajaran matematika yang terjadi, setelah diterapkannya model pembelajaran… di kelas…SMP… tahun pelajaran…., adalah sebagai berikut:

a.    Pada siklus I: rata-rata hasil belajar siswa sebesar …, rata-rata kemampuan guru mengelola pembelajaran sebesar…, dan rata-rata aktivitas siswa yang termasuk KBA selama mengikuti pembelajaran sebesar ….
b.    Pada siklus II: rata-rata hasil belajar siswa sebesar …, rata-rata kemampuan guru mengelola pembelajaran sebesar…, dan rata-rata aktivitas siswa yang termasuk KBA selama mengikuti pembelajaran sebesar ….
c.    Pada siklus III: rata-rata hasil belajar siswa sebesar …, rata-rata kemampuan guru mengelola pembelajaran sebesar…, dan rata-rata aktivitas siswa yang termasuk KBA selama mengikuti pembelajaran sebesar …
     Saran: Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian di atas, penulis menyarankan agar kiranya:
1.         Para guru matematika pada khususnya dapat mencoba  menerapkan model pembelajaran… untuk mengefektifkan pembelajaran yang diampu di kelasnya.
2.         Para kepala sekolah dapat mendorong para guru agar dapat melakukan penelitian yang sejenis untuk mengefektifkan pembelajaran atau untuk mengatasi berbagai permasalahan pembelajaran yang terjadi di kelasnya.
3.      Contoh 3:
       Judul PTK: Meminimalkan Kesalahan Konsep Matematika Melalui Penerapan Model Pembelajaran…di Kelas…SMP… Tahun Pelajaran….
       Rumusan Masalah:
1.         Apakah melalui penerapan model pembelajaran… dapat meminimalkan kesalahan konsep matematika di kelas…SMP… tahun pelajaran…?
2.         Seberapa besar pengurangan kesalahan konsep matematika yang terjadi, setelah diterapkan model pembelajaran… di kelas…SMP… tahun pelajaran…?
       Tujuan Penelitian:
1.         Untuk mengetahui dapat atau tidaknya penerapan model pembelajaran… , untuk memiinimalkan kesalahan konsep matematika di kelas…SMP… tahun pelajaran….
2.         Untuk mendeskrepsikan besar pengurangan kesalahan konsep matematika yang terjadi, setelah diterapkannya model pembelajaran… di kelas…SMP… tahun pelajaran….
  Hipotesis Tindakan: Apabila diterapkan model pembelajaran… , maka kesalahan konsep matematika di kelas…SMP… tahun pelajaran… dapat diminimalkan.
  Indikator Kinerja: Yang menjadi indikator bahwa penerapan model pembelajaran… ini dikatakan dapat meminimalkan kesalahan konsep matematika di kelas … tahun pelajaran…, apabila besar pengurangan  kesalahan konsep yang terjadi minimal sebesar ….
       Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab IV, dapat disimpulkan bahwa:
1.         Melalui penerapan model pembelajaran… , dapat meminimalkan kesalahan konsep matematika di kelas…SMP… tahun pelajaran….
2.         Besar pengurangan konsep matematika yang terjadi, setelah diterapkannya model pembelajaran… di kelas…SMP… tahun pelajaran…., adalah sebagai berikut:
         Pada siklus I sebesar …., Pada siklus II sebesar …, dan Pada siklus III sebesar ….
       Saran: Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian di atas, penulis menyarankan agar kiranya:
1.         Para guru matematika pada khususnya dapat mencoba  menerapkan model pembelajaran… untuk meminimalkan kesalahan konsep matematika atau untuk mengatasi berbagai permasalahan pembelajaran matematika yang terjadi di kelasnya.
2.         Para kepala sekolah dapat mendorong agar para guru dapat melakukan penelitian yang sejenis untuk meminimalkan kesalahan konsep yang terjadi atau untuk mengatasi berbagai permasalahan pembelajaran yang terjadi di kelasnya.
4.   Contoh 4:
  Judul PTK: Meminingkatkan Kemampuan Siswa Dalam Memecahkan Masalah Matematika Melalui Penerapan Model Pembelajaran…di Kelas…SMP… Tahun Pelajaran….
       Rumusan Masalah:
1.      Apakah melalui penerapan model pembelajaran… dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika di kelas…SMP… tahun pelajaran…?
2.      Seberapa besar peningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika yang terjadi, setelah diterapkan model pembelajaran… di kelas…SMP… tahun pelajaran…?
       Tujuan Penelitian:
1.         Untuk mengetahui dapat atau tidaknya penerapan model pembelajaran… , untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika di kelas…SMP… tahun pelajaran….
2.         Untuk mendeskrepsikan besar peningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika yang terjadi, setelah diterapkannya model pembelajaran… di kelas…SMP… tahun pelajaran….
  Hipotesis Tindakan: Apabila diterapkan model pembelajaran… , maka kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika di kelas…SMP… tahun pelajaran… akan meningkat.
  Indikator Kinerja: Yang menjadi indikator bahwa penerapan model pembelajaran… ini dikatakan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika di kelas … tahun pelajaran…, apabila besar peningkatan  kemampuan siswa yang terjadi minimal sebesar ….
       Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab IV, dapat disimpulkan bahwa:
1.         Melalui penerapan model pembelajaran… , meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika di kelas … tahun pelajaran…
2.         Besar peningkatan kemampuan siswa memecahkan masalah matematika yang terjadi, setelah diterapkannya model pembelajaran… di kelas…SMP… tahun pelajaran…., adalah sebagai berikut:
        Pada siklus I sebesar …., Pada siklus II sebesar …, dan Pada siklus III sebesar ….
       Saran: Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian di atas, penulis menyarankan agar kiranya:
1.         Para guru matematika pada khususnya dapat mencoba  menerapkan model pembelajaran… untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika atau untuk mengatasi berbagai permasalahan pembelajaran matematika yang terjadi di kelasnya.
2.         Para kepala sekolah dapat mendorong agar para guru dapat melakukan penelitian yang sejenis untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah  atau untuk mengatasi berbagai permasalahan pembelajaran yang terjadi di kelasnya.
Contoh – contoh masalah lain yang dapat ditingkatkan atau diatasi melalui PTK selain Hasil / Prestasi Belajar, Efektifitas, Kemampuan, Kesalahan sebagaimana contoh-contoh di atas antara lain:
1.        Kemampuan memahami soal cerita
2.        Kemampuan menyelesaikan soal cerita
3.        Aktivitas belajar siswa
4.        Motivasi atau minat belajar siswa
5.        Efisiensi pembelajaran
6.        Kesalahan prosedur
7.        Kesalahan hitung
Apa bila permasalahan – permasalahan di atas yang akan ditingkatkan atau diatasi melalui PTK, maka Judul, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Hipotesis Tindakan, Indikator Kinerja, Kesimpulan dan Saran, kiranya dapat disesuaikan dengan empat buah contoh di atas.

D.  Desiminasi Hasil PTK
Desiminasi adalah proses penyebarluasan hasil penelitian melalui media tertentu. Desiminasi laporan hasil PTK itu dapat dilakukan melalui beberapa cara, antara lain melalui: 1. rapat dinas, 2. KKG/ MGMP/MKS, 3. seminar, 4. media cetak dan 5. kolaborasi dalam melakukan PTK.
Tujuan dari desiminasi hasil penelitian ini antara lain adalah untuk: 1. membantu sesama guru lain dalam rangka meningkatkan profesionalismenya, 2. saling berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam meningkatkan pembelajaran dan 3. sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil kebijakan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.

BAB VII
PENUTUP

A.           Kesimpulan
Dalam rangka untuk meningkatkan profesionalisme guru dan dalam rangka memperbaiki proses dan hasil pembelajarannya di kelas, serta sebagai sarana bagi guru untuk melakukan inovasi – inovasi pembelajaran, dapat dilakukan melalui penelitian tindakan kelas (PTK). Hal itu sangat memungkinkan karena sesuai dengan karakteristik dan prinsip PTK, jenis penelitian itu sangat cocok untuk dilakukan guru secara mandiri atau berkolaborasi dengan pihak lain yang kompeten.
Agar para guru dapat melakukan PTK secara mandiri atau berkolaborasi dengan pihak lain yang kompeten, kiranya para guru perlu dibekali pemahaman yang cukup tentang berbagai hal yang berkaitan dengan PTK ini.

B.           Tindak Lanjut
Sebagai tindak lanjut dari materi diklat PTK ini diharapkan:
1.      Peserta diklat dapat menyusun proposal, melakukan PTK dan menyusun laporan hasil PTK baik secara mandiri atau berkolaborasi dengan teman sejawat atau pihak lain yang kompeten.
2.      Peserta diklat yang pernah melakukan PTK dan menuliskan laopran hasil PTK dapat mengimbaskan ilmu pengetahuan dan pengalamannya kepada teman sejawat, melalui KKG/ MGMP atau di sekolah masing – masing.
3.      Perlu dukungan berbagai pihak agar para guru memiliki budaya melakukan PTK untuk mengatasi berbagai permasalahan pembelajaran di kelas.


 
























DAFTAR PUSTAKA


Depdiknas. 1999. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Proyek PGSM Dikti.

Depdiknas. 2012. Pedoman Pelaksanaan PKB dan Angka Kreditnya. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2012. Pedoman Penilaian Kegiatan PKB. Jakarta: Depdiknas.

Suharsimi A. 1993. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta: Rineka Cipta.

LAN. 2007. Penelitian Tindakan Kelas (Modul Diklat Calon Widyaiswara). Jakarta: Lembaga Administrasi Negara (LAN).

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Metode Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Wardani, I.G.A.K, Kuswaya Wihardit, Noehi Nasution. 2004. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Pusat Penerbit Universitas Terbuka.



































Tidak ada komentar:

Posting Komentar