Senin, 31 Desember 2012

TIPS/ CARA MENGUSIR RASA MALAS

A. Pendahuluan 

Setiap kita berpotensi memilikirasa malas. Entah rasa itu timbulnya kadang - kadang, atau bahkan sering. Meski demikian, semua kita sepakat bahwa kita tidak ingin memiliki rasa itu, karena akibat yang ditimbulkannya sangatlah buruk. 

Nah apakah rasa malas itu suatu penyakit ?, dan bagaimanakah sebenarnya rasa malas ini timbul ?, serta bagaimana cara mengusir atau mengatasinya ?, berikut ini akan menulisnya dari berbagai sumber, dengan harapan dapat diambil manfaatnya oleh kita semua. Amien.

B. Pembahasan. 

1. Apakah Rasa Malas Itu Suatu Penyakit?


Yaa, menurut hasil penelitian, kebiasaan malas merupakan penyakit mental yang timbul karena kita takut menghadapi konsekuensi masa depan. Yang dimaksud dengan masa depan ini bukan hanya satu atau dua tahun ke depan tetapi satu atau dua menit dari sekarang.

Contohnya saja ketika kita malas dari bangun tidur,  maka dalam hati kita akan berkata : “Satu menit lagi aaah...saya akan bangun”, tetapi kenyataannya barangkali kita akan berlama-lama di tempat tidur sampai akhirnya memang waktunya tiba untuk siap-siap pergi ke sekolah/ kuliah/kantor/sawah/bekerja.

2. Apa Penyebab Timbulnya Rasa Malas Itu?

Kebiasaan malas timbul karena kita cenderung mengaitkan masa depan dengan persepsi negatif. Kita malas bertindak karena bayangan negatif tentang hal-hal yang memberatkan di depan. Kita menunda-nunda pekerjaan karena cenderung membayangkan setumpuk tugas yang harus dilakukan/ diselesaikan. Belum lagi bila kita berhubungan dengan orang-orang yang tidak kita sukai, misalnya.


3. Bagaimana Akibat Yang Ditimbulkan Rasa Malas Itu?
  • Menunda-nunda pekerjaan pada akhirnya akan mengundang stress, karena mau tidak mau suatu saat kita harus mengerjakan/ menyelasaikannya. Di waktu yang sama kita juga mungkin punya banyak pekerjaan lain, yang juga harus segera kita selesaikan. 
  • Dalam beberapa hal, kita mungkin juga akan kehilangan momen untuk berkembang ketika kita mengatakan “tidak” terhadap sebuah kesempatan.
4. Bagaimana Cara Mengatasi/ Mengusir Rasa Malas Itu? 

Sedikitnya ada tiga tips atau cara untuk mengusir rasa malas yang setiap saat bisa timbul pada diri kita. Ketiga cara itu adalah sebagai berikut:


a. Ganti “Kapan Selesainya” dengan “Saya Mulai Sekarang”

Apabila kita dihadapkan pada satu tugas besar atau pekerjaan, maka kita sebaiknya JANGAN berpikir mengenai rumitnya tugas atau pekerjaan tersebut dan membayangkan kapan bisa diselesaikan. Sebaliknya, fokuslah pada pikiran positif dengan membagi tugas atau pekerjaan besar tersebut menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan menyelesaikannya satu demi satu.

Katakan setiap kali kita bekerja: “Saya mulai sekarang”.
Cara atau tips ini akan menghindarkan Kita dari perasaan terbebani, stress, dan kesulitan. Kita membuat sederhana tugas di depan kita dengan bertindak positif. Fokus kita hanya pada satu hal pada satu waktu, bukan banyak hal pada saat yang sama.

b. Ganti “Saya Harus” dengan “Saya Ingin”

Berpikir bahwa kita harus mengerjakan sesuatu secara otomatis akan mengundang perasaan terbebani dan kita menjadi malas mengerjakannya. Kita akan mencari seribu alasan untuk menghindari tugas atau pekerjaan tersebut.

Satu tips yang bisa kita gunakan adalah mengganti “saya harus mengerjakannya” dengan “saya ingin mengerjakannya”. Cara berpikir seperti ini akan menghilangkan mental blok dengan menerima bahwa kita tidak harus melakukan pekerjaan yang kita tidak mau.

Kita mau mengerjakan tugas/ pekerjaan karena memang kita ingin mengerjakannya, bukan karena paksaan pihak lain. Kita selalu punya pilihan dalam kehidupan ini. Tentunya pilihan kita sebaiknya dibuat dengan sadar dan tidak merugikan orang lain. Intinya adalah tidak ada seorang pun di dunia ini yang memaksa kita melakukan apa saja yang kita tidak mau melakukannya.


c. Sadari Bahwa "Kita Bukan Manusia Sempurna"

Berpikir bahwa kita harus menyelesaikan pekerjaan sesempurna mungkin akan membawa kita dalam kondisi mental tertekan. Akibatnya kita mungkin akan malas memulainya. Kita harus bisa menerima bahwa kita pun bisa berbuat salah dan tidak semua harus sempurna.

Dalam konteks tugas/ pekerjaan, kita punya kesempatan untuk melakukan perbaikan berulang kali. Kita selalu bisa melakukan negosiasi dengan pihak pemberi tugas/ pekerjaan, untuk meminta waktu tambahan dengan alasan yang masuk akal. Mulailah pekerjaan dari hal yang kecil dan sederhana, kemudian tingkatkan seiring dengan waktu.


C. Kesimpulan
  1. Kemalasan merupakan sesuatu yang normal dalam hidup kita. Karena dia normal maka dia pun bisa diatasi. 
  2. Tiga tips/ cara di atas bisa menjadi awal untuk berpikir dan bertindak berbeda dari biasanya sehingga kita tidak menyia-nyiakan kesempatan yang datang hanya karena kita malas mengerjakannya.
Sumber: http://www.kaskus.us/showthread.php?t=9376591

"BENCANA WAKTU" (Renungan Akhir Tahun 2012)

A. PENDAHULUAN

Sebagaimana kita maklum, bahwa waktu bagi setiap manusia adalah sangat penting. Mengingat pentingnya waktu ini maka Alloh SWT menggunakan waktu dan waktu tertentu untuk bersumpah dan untuk memberi nama Surah dalam Alquran. Misalnya “Wal-‘asyr = Demi masa (waktu0”, “Wadhuha = Demi waktu dhuha”.

Meski semua mengakui bahwa waktu itu penting, namun jika tidak hati – hati atau tidak benar cara memanfaatkannya, maka bisa menjadi bencana. Hal ini sesuai dengan sebuah pepatah Arab yang sangat terkenal yang menyatakan bahwa: “Waktu itu laksana pedang” yang bila tidak hati – hati memanfaatkannya, maka ia akan melukai orang yang menggunakannya, atau bahkan ia akan memenggal siapapun yang menyia-nyiakannya.

Nah untuk melihat bagaimana waktu itu bisa menjadi bencana, dalam tulisan ini akan diuraikan tentang bagaimana kebanyakan kita memanfaatkan waktu kita seharin- hari maupun waktu selama hidup kita.

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengajak kita semua untuk menghitung dengan cermat untuk apa saja dan berapa lama waktu dari masing – masing kgiatan/ aktivitas rutin kita sehari – hari, dalam sehari, dalam sebulan, dalam setahun dan selama hidup kita.

Hal ini sesuai dengan anjuran Khalifah Umar ra. 1400 th silam, melalui nasehatnya: “Hitunglah…sebelum kamu sekalian dihitung/ dihisab (Oleh Alloh SWT di akherat kelak)” .

  • Dengan demikian kita berharap akan semakin menyadari dan berhati – hati dalam memanfaatkan waktu hidup kita yang cuma sebentar di dunia ini. 
  • Di samping itu kita juga berharap agar waktu tidak kita sia – siakan, karena menyia – nyiakan waktu hidup kita, akan bisa menjadi bencana bagi kita.

B. PEMBAHASAN.

1.   Perhitungan Umur dan Waktu  diperhitungkannya Amal dan Dosa.

Sebelum kita menghitung secara matematis tentang umur dan waktu aktivitas kita sehari – hari, ada baiknya perlu kita ketahui bahwa:
  • 1 hari = 24 Jam, 1 jam = 60 menit dan 1 menit = 60 detik. 
  • Dengan demikian 1 thn = 12 Bulan = 52 Minggu = 365 Hari = 8.760 Jam = 525.600 Menit = 31.636. 000 Detik
  • Anggaplah manusia meninggal dunia antara usia 60 – 70 tahun. Atau kita anggap manusia rata – rata meninggal pada usia =  ± 65 th. 
  • Dari umur 65 thn tsb pada masa anak-anak belum diperhitungkan amal dan dosa. Baru mulai diperhitungkan setelah manusia baligh (start bagi seseorang diperhitungkan amal baik atau buruknya selama hidup di dunia). 
  • Usia baligh tersebut bagi: (a) Laki-laki = ± 15 tahun dan bagi Wanita = ± 12 tahun.
Dengan demikian Usia yang tersisa untuk kita beribadah kepada-Nya kita pukul rata dengan rumus: Mati baligh = sisa usia = 65 – 15 = 50 tahun.

Nah sekarang pertanyaanya:
(a) Sungguhkah 50 tahun usia kita benar – benar untuk BERIBADAH ?,
(b) Bukankah kewajiban kita hidup di dunia ini hanya untuk beribadah kepada Alloh SWT?,
(c) Untuk apa saja waktu hidup kita yang 50 tahun itu?

2.   Perhitungan Waktu Untuk Aktivitas Manusia Sehari – hari dan Untuk Ibadah Secara  
      Matemaris. 
Sebelum kita hitung penggunaan waktu yang 50 tahun tersebut untuk apa saja dan berapa lama, perlu kita buat asumsi – asumsi sebagai berikut::
a. Bahwa 50 tahun = 50 × 365 = 18.250 hari = 18.250 × 24.= 458.000 jam.
b. Rata – rata kegiatan harian kita antara lain:
(1) Tidur =  ± 8 jam/hari,
(2) Bekerja & Lembur =  ± 8 jam/hari dan
(3) Kegiatan Santai/ Relaksasi =  ± 4 jam/hari.

Nah selanjutnya mari kita hitung berapa lama dari masing – masing kegiatan itu kita lakukan selama 50 tahun, yang semestinya untuk kita beribadah tersebut?

1) Berapa lama waktu untuk tidur?
  • Bila diasumsikan kita tidur sehari = 8 jam, berarti dalam 50 tahun (18.250 hari) kita tidur selama = 18.250 × 8 = 146.000 jam = 146.000 : 8.760  = 16 tahun, 7 bulan atau di bulatkan = 17 tahun.
  • Alangkah sayangnya waktu kita yang 50 tahun itu, selama 17 tahun hanya kita gunakan untuk tidur. 
  • Padahal kita nanti akan tertidur dari dunia ini untuk selamanya (ketika kita mati nanti). 
  • Belum lagi bagi kita yang memiliki penyakit ”TuMor” = Tukang MoloR, mungkin kita akan tidur selama 12 jam/ hari = 18.250 × 12 = 219.000 jam = 219.000  : 8.760  = 24,98 tahun atau di bulatkan = 25 tahun.

2) Berapa lama waktu untuk aktivitas kerja di siang hari & lembur?

Yang termasuk aktivitas/ kerja di siang hari dan lembur ini bagi setiap orang tidaklah sama, misalnya:
  • ada yang bekerja di kantor/ di perusahaan bahkan sampai lembur, 
  • ada yang bekerja di sawah,  
  • ada yang belajar atau mengajar,
  • ada yang sekolah atau kuliah, 
  • ada yang makan sambil jalan -  jalan, 
  • ada pula yang aksi sambil korupsi 
  • dan masih banyak lagi aktivitas lainnya, di mana satu sama lainnya tidak bisa disamaratakan.
Bila kita asumsikan bahwa lama waktu kita beraktivitas/ kerja di siang hari dan termasuk lembur = + 12 Jam/ hari, maka dalam 50 tahun waktu yang habis dipakai aktivitas/ kerja di siang hari dan lembur = 18.250 x12 = 219.000 jam = 219.000 : 8.760 = 25 tahun (pas).

3)   Berapa lama waktu untuk aktivitas santai atau rilexsasi alias nganggur?

Termasuk dalam kegiatan santai/ rileksasi alias nganggur ini antara lain waktu yang kita gunakan untuk:
  • nonton TV, Fb-an, rekreasi, jalan-jalan, bersenda gurau dengan keluarga/ teman, 
  • ada yang belajar mati-matian bikin kerpekan/ sontekan untuk ulangan/tes/ujian,
  •  bahkan ada juga yang digunakan untuk merenung dan menghayal atau dibuai angan – angan, sehingga dzikirnya: “jikalau…maka ....., jikalau…. maka ....., jikalau…… maka .....”
Bila kita asumsikan bahwa waktu kita untuk santai atau rileksasi alias nganggur = ± 4 jam/ hari, maka dalam 50 tahun waktu yang dipakai santai/ rileksasi/nganggur  = 18.250 x 4 = 73.000 jam = 73.000 : 8.760 = 8,33 tahun atau dibulatkan = 8 tahun.

4)   Berapa lama waktu untuk beribadah?

Dari perhitungan di atas, selanjutnya mari kita hitung berapa lama waktu kita untuk beribadah kepada Alloh (Tuhan Yang Maha Kuasa)?.

Untuk jelasnya dari perhitungan di atas secara ringkas dapat kita kalkulasikan dengan asumsi – asumsi sebagai berikut:
a)   Umur rata – rata manusia hidup di dunia                                 =    ± 65 tahun
b)   Masa anak – anak (belum dihitung amal dan dosa)                 =    ± 15 tahun  
c)   Lama waktu hidup & diperhitungkan amal & dosa                 =    ± 50 tahun   (65 – 15)
d)   Waktu untuk tidur                                                                    =    ± 17 tahun
e)   Waktu untuk bekerja di siang hari & lembur                           =    ± 25 tahun
f)    Waktu untuk santai atau rileksasi                                            =    ±   8 tahun  
g)   Jumlah waktu untuk Tidur + Kerja & lembur + Nganggur     =    ± 50 tahun   (17 + 25 + 8)
h)   Waktu untuk beribadah kepada Alloh SWT (Tuhan)              =    ±   0 tahun   (50 – 50)

Ternyata bedasarkan perhitungan secara matematis di atas, selama 50 tahun sisa waktu untuk ibadah = 50 – 50 = 0 tahun. 
Dengan kata lain waktu kita yang 50 tahun itu kita habiskan hanya untuk: ”Tidur, Kerja & lembur serta Santau/ Nganggur”.

Lantas kapan ibadahnya?
  • Bukankah manusia itu diciptakan hanya untuk beribadah kepada Alloh SWT? 
  • Sebagaimana Alloh berfirman dalam Alquran: ”Tidak Aku ciptakan jin dan manusia, kecuali untuk beribadah kepada – Ku”. 
  • Atau sebagaimana firman Alloh dalam Alquran Surah Al-Asyr ayat 1 – 5: ”(1)  Demi masa. (2)  Sesungguhnya manusia itu benar – benar dalam kerugian,(3) Kecuali orang – orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan saling nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”.

Berdasarkan firman Alloh di atas, semestinya agar kita tidak merugi, maka waktu kita sehari – hari hendaklah kita manfaatkan untuk kegiatan – kegiatan sebagai berikut:
  • Melakukan kegiatan – kegiatan yang dapat meningkatkan keimanan. Termasuk dalam kegiatan ini antara lain: melakukan ibadah khusus seperti shalat wajib & sunnah, puasa, hajji, mengaji, mendengarkan ceramah/ nasehat agama secara langsung atau melalui TV, Radio, Casete, CD, membaca & mengkaji Alquran, Membaca buku – buku agama dan lain – lain.
  • Melakukan kegiatan – kegiatan amal shalih/ kebajikan. Termasuk dalam kegiatan ini antara lain: infaq/ sedekah, membantu orang yang susah, berbakti kepada orang tua, silaturahiem, gotong royong, berbakti kepada suami dan lain – lain.
  • Amar Ma’ruf Nahi Munkar (saling nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran). Termasuk dalam kegiatan ini antara lain: mendakwahkan Islam melalui ceramah, khutbah, menulis buku tentang Islam, menasehati isteri/ suami dan anak – anak dan lain – lain.
  • Saling menasehati dalam kesabaran. Termasuk dalam kegiatan ini antara lain: sabar jika tertimpa musibah, bila diolok/ dikucilkan karena mengamalkan, mendakwahkan, memperjuangkan Islam, menasehati orang lain agar bersabar ketika ditimpa musibah dan lain – lain.
Pertanyaannya adalah:
  • kapan dan berapa lama waktu untuk kegiatan – kegiatan itu masing – masing? 
  • Sedangkan sebagaimana disebutkan di atas bahwa ternyata selama 50 tahun sisa waktu untuk ibadah = 50 – 50 = 0 tahun. 
  • Dengan kata lain waktu kita yang 50 tahun itu kita habiskan hanya untuk: ”Tidur, Kerja & lembur serta Santau/ Nganggur” ?.

3.   Sanggahan/ Bantahan dan Jawabannya
  • Dari uraian di atas, mungkin kita bisa menyanggah dengan beberapa sanggahan/ bantahan.
  • Tetapi setiap sanggahan/ bantahan bisa jadi akan ada jawabannya. 
  • Nah berikut ini saya tuliskan beberapa sanggahan/ bantahan dan jawaban yang dapat terjadi dalam kehidupan kita sehari – hari.

a.  Sanggahan/ Bantahan:
  • Yang dimaksud dengan ”ibadah” itu kan  ”Tunduk dan patuh”. Jadi kegiatan apapun saja yang kita lakukan, asalkan diniatkan dengan ikhlash semata – mata mencari ridlo Alloh dan tidak melanggar larangan – larangan Alloh itu semuanya adalah termasuk ibadah. 
  • Sehingga: (1) Kita sholat, puasa, zakat, hajji, berceramah, membaca khutbah, mengajar ngaji dll adalah ibadah, (2) Kita belajar/ mencari ilmu (sekolah atau kuliah) adalah ibadah,. (3) Kita bekerja mencari nafkah itu ibadah, (4) Kita menolong orang yang susah adalah ibadah, (5) Kita kerja bhakti di kampung adalah ibadah, (6) Kita melakukan hubungan intim dengan suami/ isteri yang syah adalah ibadah dan sekali lagi, kegiatan apapun saja yang kita lakukan, asalkan diniatkan dengan ikhlash semata – mata mencari ridlo Alloh dan tidak melanggar larangan – larangan Alloh itu semuanya adalah termasuk ibadah. 
  • Dengan demikian tidaklah benar mana kala selama kita hidup 50 tahun itu dikatakan belum melakukan ibadah sama sekali, atau waktu kita yang 50 tahun itu kita habiskan hanya untuk: ”Tidur, Kerja & lembur serta Santai/ Nganggur”. 
  • Dengan kata lain aktivitas hidup kita di dunia ini tidak bisa dihitung dengan tepat secara matematis seperti di atas, terutama untuk menghitung berapa lama waktu kita untuk beribadah. Karena kegiatan – kegiatan atau urusan keduniaan yang nampaknya bukan kegiatan ibadah bisa menjadi kegiatan ibadah, mana kala diniatkan dengan ikhlash semata – mata mencari ridlo Alloh dan tidak melanggar larangan – larangan Alloh sebagaimana sanggahan di atas.

b. Jawaban:
  • Yaa....memang benar bahwa segala kegiatan kita bisa bernilai ibadah mana kala diniatkan dengan ikhlash semata – mata mencari ridlo Alloh dan tidak melanggar larangan – larangan Alloh sebagaimana sanggahan di atas. 
  • Tapi siapa yang bisa menjamin bahwa niat kita itu benar – benar ikhlas? Siapa yang bisa menjamin bahwa segala amal shalih kita itu pasti diterima oleh Alloh SWT? Mari kita lihat satu – persatu!
1)  Ya… memang benar…sekolah atau kuliah itu bisa menjadi ibadah, kalau niatnya ikhlash beribadah, tapi rata – rata kita sekolah atau kuliah itu niatnya untuk mencari ijazah, agar kelak mudah mencari pekerjaan atau nafkah.
2) Ya… memang benar bekerja mencari nafkah sampai lembur – lembur itu juga bisa bernilai ibadah, kalau niatnya benar – benar ikhlash untuk ibadah. Namun seringkali kita bekerja hanya untuk mencari harta benda dunia dan berharap dipuji atau supaya tidak dihina orang.
3) Ya… memang benar melakukan hubungan intim dengan suami/ isteri yang syah itu juga bisa bernilai ibadah, kalau niatnya benar – benar ikhlash untuk ibadah. Namun seringkali kita melakukan hubungan intim dengan suami/ isteri yang syah itu hanya untuk mencari kesenangan, melepas hawa nafsu semata – mata hingga kadang berdoa sebelumnya saja lupa/ tidak ingat.
4)  Demikian halnya dengan kegiatan – kegiatan dunia lainnya memang bisa bernilai ibadah, mana kala diniatkan untuk ibadah. Tapi sayang kebanyakan niat kita tidak untuk ibadah, namun hanya untuk mengejar urusan dunia saja.
5)  Ooooh mungkin saat kita sholat 5 waktu, puasa, zakat dan hajji yang akan memperoleh pahala yang besar. Nah karena di antara ibadah – ibsdah itu nampaknya sholatlah yang rutin setiap hari kita lakukan, maka dalam tulisan ini hanya akan kita hitung berapa lama waktu kita sholat dalam sehari dan selama 50 tahun  Di smping itu juga didasari beberapa alasan dari Hadits Nabi Muhammad SAW yang menyatakan bahwa: “Sholat 5 waktu itu: (a) besar pahalanya, (b) bisa menghapus dosa, (c) kunci pembuka syurga, (d) amal yang pertama dihisab, yang jika shalatnya baik maka segala amalnya dianggap baik…dst…
Pertanyaannya:
(a) Cukupkah kita merasa cukup beribadah hanya dengan sholat saja?,
(b) Berapa lama waktu yang kita gunakan untuk shalat dalam 50 tahun?
Mari kita hitung:
  • Jika kita asumsikan untuk sekali holat yang sedang – sedang saja termasuk untuk berdzikir dan berdo’a= ± 10 menit (Tentu saja jika shalatnya dengan cara kilat = 5 menit, belum lagi kalau kilat khusus = 3 menit, tentu lebih sedikit lagi). 
  • Berarti sehari semalam lama waktu shalat = 5 x 10 =  50 menit atau kita bulatkan = ± 1 jam. 
  • Berarti dalam waktu 50 tahun, waktu yang terpakai sholat =18.250  x I = 18.250 jam    = 18.250  : 8.760 = 2,05 tahun atau dibulatkan = 2 tahun.
  • Ini berarti bahwa waktu yang kita manfaatkan dalam 50 tahun di dunia, cuma 2 tahun untuk sholat, itupun belum ada jaminan bahwa sholat kita bermakna dan pasti diterima. 
  • Dan sekiranya sholat kita selama 2 tahun itu diterima, rasanya juga belum/ tidak sebanding dengan perbuatan dosa - dosa kita yang kita lakukan selama 50 tahun. Baik dosa kita yang tertuju langsung kepada Alloh SWT maupun dosa – dosa kita terhadap sesama.

C. PENUTUP

1. Kesimpulan.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa:
  • Analisis atau perhitungan secara matematis terhadap lama waktu kita hidup di dunia dan lama waktu kita melakukan berbagai aktivitas hidup keseharian kita termasuk aktivitas ibadah kita kepada Alloh SWT, tidak bisa seluruhnya tepat.
  • Meskipun demikian analisis atau perhitungan secara matematis tersebut, setidaknya dapat memberikan gambaran dan kesadaran kepada kita bahwa: Terlalu banyak waktu yang terbuang percuma selama manusia hidup di dunia dan semuanya itu akan menjadi bencana”

2. Himbauan dan Saran
  • Selanjutnya saya menghimbau marilah segera kita menyadari akan pentingnya kita memanfaatkan waktu hidup kita di dunia yang cuma sebentar ini. Tiada kata terlambat, atau lebih baik terlambat dari pada tidak pernah menyadari sama sekali.
  • Walaupun waktu bergulir cepat, marilah kita isi waktu kita yang tersisa dengan sesuatu apa saja yang bermanfaat, bagi diri kita, keluarga, masyarakat, nusa, bangsa dan agama. 
  • Dan jangan lupa, niatkan semua kegiatan atau aktivitas kita itu dengan niatan ibadah, ikhlash karena ingin mencari ridlo Alloh semata - mata!

Terima kasih yang tulus saya ucapkan kepada orang yang telah menyampaikan tulisan atau nasehat ini kepada saya. Saya hanya menulis kembali dalam kemasan yang agak berbeda. Semoga menjadi amal jariah baginya. Yang jelas satu hari = satu hikmah. Semoga hidup kita berlimpah nikmat dan berkah. Amien. (Dalyana Wong Jogja, Samarinda, Sabtu, 31 Desember 2012, Jam: 21.46 wita)

Senin, 24 Desember 2012

2. MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI (BERMAIN PERAN)

A. Pendahuluan

Sebagaimana pada tulisan sebelumnya, yakni tentang "MODEL - MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF", untuk menjawab pertanyaan ke - 2, yakni: Bagaimana pembahasan dari masing - masing model pembelajaran yang efektif?, maka setelah pada tulisan sebelumnya dibahas tentang "Model Pembelajaran Kontekstual atau Contextual Theaching and Learning yang biasa disingkat CTL)", berikut ini akan dibahas "MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI (BERMAIN PERAN)".


Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu interaksi positif antara pendidik dan peserta didik dan antara peserta didik dengan peserta didik lainnya.  Untuk mencapai tujuan pembelajaran diperlukan suatu pemilihan model pembelajaran yang tepat. Ada banyak model pembelajaran yang bisa diterapkan  untuk membangun interaksi dan komunikasi yang baik antara peserta didik dan pendidik .

Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang  bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran dikelas atau yang lain  (Joyce dan Weil, 1980:1).  Model pembelajaran dapat dijadikan pola pikiran, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien utntuk mencapai tujuan pendidikannya.

Model pembelajaran Simulasi dapat digunakan sebagai metode mengajar dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada objek yang sebenarnya. Salah satu contoh simulas adalah Gladi resik, yakni memperagakan proses terjadinya suatu upacara tertentu sebagai latihan untuk upacara sebenarnya supaya tidak gagal dalam waktunya nanti. Demikian juga untuk mengembangkan pemahaman dan penghayatan terhadap suatu peristiwa yang lebih banyak mengarah kepada psikomotor , maka penggunaan model pembelajaran simulasi  akan sangat bermanfaat.

Pembelajaran Simulasi telah diterapkan dalam pendidikan saja lebih dari tiga puluh tahun. Pelopornya di antaranya adalah Sarene Boocock dan Harold Guetzkow, walau model simulasi bukan berasal dari disiplin ilmu pendidikan. Tetapi merupakan penerapan dari prinsip cybernetic, suatu cabang dari psikologi cybernetic adalah suatu studi perbandingan antara mekanisme kontrol manusia (biologis) dengan sistem elektromekanik, seperti komputer. 

Jadi, berdasarkan teori sibernetika, ahli psikologi menganalogikan mekanisme kerja manusia seperti mekanisme mesin elektronik. Menganggap siswa (pembelajar) sebagai suatu sistem yang dapat mengendalikan umpan balik sendiri (self regulated feedback).

Sistem kendali umpan balik ini, baik pada manusia atau mesin (seperti komputer) mempunyai tiga fungsi, yaitu: 

  1. menghasilkan gerakan/tindakan sistem terhadap target yang diinginkan (untuk mencapai tujuan tertentu yang diinginkan),  
  2. membandingkan dampak dari tindakannya tersebut apakah sesuai atau tidak dengan jalur/rencana yang seharusnya (mendeteksi kesalahan), dan 
  3. memanfaatkan kesalahan (error) untuk mengarahkan kembali ke arah/jalur yang seharusnya.
  
B. Pembahasan

1. Bagaimana Pengertian Model Pembelajaran Simulasi?
 
Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau berbuat seakan-akan. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu.

Model pembelajaran simulasi merupakan model pembelajaran yang membuat suatu peniruan terhadap sesuatu yang nyata, terhadap keadaan sekelilingnya (state of affaris) atau proses.  Model pembelajaran ini dirancang untuk membantu siswa mengalami bermacam-macam proses dan kenyataan sosial dan untuk menguji reaksi mereka, serta untuk memperoleh konsep keterampilan pembuatan keputusan.

Model pembelajaran ini diterapkan didalam dunia pendidikan dengan tujuan mengaktifkan kemampuan yang dianalogikan dengan proses sibernetika. Pendekatan simulasi dirancang agar mendekati kenyataan dimana gerakan yang dianggap kompleks sengaja dikontrol, misalnya, dalam proses simulasi ini dilakukan dengan menggunakan simulator.

2. Apa Saja Tujuan Model Pembelajaran Simulasi?

Model pembelajaran simulasi bertujuan untuk: 
  • melatih keterampilan tertentu baik bersifat profesional maupun bagi kehidupan sehari-hari, 
  • memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip, 
  • melatih memecahkan masalah,
  • meningkatkan keaktifan belajar, 
  • memberikan motivasi belajar kepada siswa, 
  • melatih siswa untuk mengadakan kerjasama dalam situasi kelompok,
  • menumbuhkan daya kreatif siswa, dan 
  • melatih siswa untuk mengembangkan sikap toleransi.
3. Apa saja Prinsip dalam Proses Pelaksanaan Simulasi?

Proses simulasi tergantung pada peran guru/fasilitator. Ada empat prinsip yang harus dipegang oleh fasilitator/guru, yakni sebagai berikut:
  • Pertama adalah penjelasan. Untuk melakukan simulasi pemain harus benar-benar memahami aturan main. Oleh karena itu, guru/fasilitator hendaknya memberikan penjelasan dengan sejelas-jelasnya tentang aktivitas yang harus dilakukan berikut konsekuensi-konsekuensinya.
  • Kedua adalah mengawasi (refereeing). Simulasi dirancang untuk tujuan tertentu dengan aturan dan prosedur main tertentu. Oleh karena itu guru/fasilitator harus mengawasi jalannya simulasi sehingga berjalan sebagaimana seharusnya.
  • Ketiga adalah melatih (coaching). Dalam simulasi, pemain/peserta akan mengalami kesalahan. Oleh karena itu guru/fasilitator harus memberikan saran, petunjuk atau arahan sehingga memungkinkan mereka tidak melakukan kesalahan yang, sama.
  • Keempat adalah diskusi. Dalam simulasi, refleksi menjadi bagian yang penting. Oleh karena itu, setelah simulasi selesai, fasilitator harus mendiskusikan beberapa hal antara lain: kesulitan- kesulitan, hikmah yang bisa diambil, bagaimana memperbaiki kekurangan simulasi dan sebagainya. (Hamzah B Uno,2007:29)

4. Apa Saja Yang Harus Dilakukan Guru/ Fasilitator Dalam Pembelajaran Simulasi?

Dalam permainan simulasi, yang harus dilakukan oleh guru adalah, 
  • Mempersiapkan siswa yang menjadi pemeran simulasi, 
  • Menyusun skenario dengan memperkenalkan siswa terhadap aturan, peran, prosedur, pemberi skor (nilai), tujuan permainan dan lain- lain. Guru menunjuk siswa untuk memegang peran- peran tertentu dan menguji cobakan simulasi untuk memastikan bahwa seluruh siswa memahami aturan main simulasi tersebut., 
  • Melaksanakan simulasi, siswa berpartisipasi dalam permainan simulasi dan guru melakukan peranannya sebagimana mestinya.( (Hamzah B Uno,2007:30)

5. Bagaimana Kaitan  Antara Simulasi dengan Model Pembelajaran?
 

Kaitan Simulasi dengan kelompok model pembelajaran, adalah: simulasi diarahkan pada model pembelajaran sosial. Simulasi sosial adalah simulasi yang dimaksudkan mengajak peserta melalui suatu pengalaman yang berkaitan dengan persoalan-persoalan sosial. 

Menurut pengalaman sejumlah guru, metode simulasi dalam konteks model pemblajaran sosial sangat efektif digunakan jika guru menghendaki agar siswa menemukan makna diri (jati diri) di dalam dunia sosial dan memecahkan dilema atau masalah dengan bantuan kelompok. Jenis model pembelajaran sosial misalnya melalui bermain peran dan atau simulasi. 

Dalam bermain peran, siswa belajar menggunakan konsep peran, menyadari adanya peran-peran yang berbeda dan memikirkan perilaku dirinya dan perilaku orang lain. 

6. Apa Saja Fungsi Model Pembelajaran Sosial ?

Fungsi model pembelajaran sosial adalah:
  • untuk menggali perasaan siswa, 
  • memperoleh inspirasi dan pemahaman yang berpengaruh terhadap sikap, nilai dan persepsi, 
  • mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah, dan 
  • mendalami mata pelajaran dengan berbagai cara.
7. Bagaimana Aplikasi/ Penerapan Model Pembelajaran Simulasi?

  • Permainan simulasi dapat merangsang berbagai bentuk belajar, seperti belajar tentang persaingan (kompetisi), kerja sama, empati, sistem sosial, konsep, keterampilan, kemampuan berpikir kritis, pengambilan keputusan dan lain-lain. 
  • Namun demikian, model simulasi agak berbeda dengan model-model lain. Model ini agak rumit, tergantung pada pengembangan simulasi yang tepat, baik yang melibatkan peneliti, pengembang, (sistem analis, programer dan lain-lain), perusahaan komersial, guru atau kelompok guru dan lain-lain. 
  • Dewasa ini, dengan semakin majunya teknologi komunikasi dan informasi, seperti komputer dan multimedia, telah banyak permainan simulasi dihasilkan untuk berbagai kebutuhan yang mencakup berbagai topik dari berbagai disiplin ilmu (mata pelajaran) 

8. Bagaimana Sintak (Prosedur/ langkah - Langkah) Pembelajaran Simulasi?

Menurut Joyce dan Weil (1980) dalam Udin (2001:66), model ini memiliki 4 tahap sebagai berikut:


Tahap I. Orientasi
  • Menyediakan berbagai topik simulasi dan konsep-konsep yang akan diintegrasikan dalam proses simulasi. 
  • Menjelaskan prinsip Simulasi dan permainan. 
  • Memberikan gambaran teknis secara umum tentang proses simulasi.
 Tahap II. Latihan bagi peserta
  • Membuat skenario yang berisi aturan, peranan, langkah, pencatatan, bentuk keputusan  yang harus dibuat, dan tujuan yang akan dicapai. 
  • Menugaskan para pemeran dalam simulasi 
  • Mencoba secara singkat suatu episode
 Tahap III. Proses simulasi
  • Melaksanakan aktivitas permainan dan pengaturan kegiatan tersebut. 
  • Memperoleh umpan balik dan evaluasi dari hasil pengamatan terhadap performan si pemeran. 
  • Menjernihkan hal-hal yang miskonsepsional 
  • Melanjutkan permainan/simulasi
 Tahap IV. Pemantapan dan debriefing
  • Memberikan ringkasan mengenai kejadian dan persepsi yang timbul selama simulasi. 
  • Memberikan ringkasan mengenai kesulitan-kesulitan  dan wawasan para peserta. 
  • Menganalisis proses 
  • Membandingkan aktivitas simulasi dengan dunia nyata. 
  • Menghubungkan proses simulasi dengan  isi pelajaran. 
  • Menilai dan merancang kembali simulasi.
 9. Apa Saja Kelebihan Dan Kelemahan Model Pembelajaran Simulasi?

Wina Sanjaya (2007) menyatakan bahwa terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan dengan menggunakan simulasi sebagai metode mengajar.

Kelebihan Model pembelajaran ini di antaranya adalah:
  • Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun menghadapi dunia kerja. 
  • Simulasi dapat mengembangkan kreativitas siswa, karena melalui simulasi siswa diberi kesempatan untuk memainkan peranan sesuai dengan topik yang disimulasikan. 
  • Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa. 
  • Memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis. 
  • Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses permbelajaran.
Kelemahan model pembelajaran ini, di antaranya adalah:
  • Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan sesuai dengan kenyataan di lapangan. 
  • Pengelolaan yang kurang baik, sering simulasi dijadikan sebagai alat hiburan,  sehingga tujuan pembelajaran menjadi terabaikan. 
  • Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering memengaruhi siswa dalam melakukan simulasi.

C. Referensi / Sumber Bacaan.

Bruce Joyce & Marsha Weil. 1996. Models of Teaching. Boston, London, Toronto, Sydney, Tokyo, 
         Singapore: Prentice-Hall, Inc



Winataputra, Udin S. 2001. Model-model pembelajaran Inovatif. Universitas Terbuka, Jakarta.

Sanjaya, Wina (2007).Stategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan
         Bandung.Kencana